"Jadi saya coba deteksi dini, kemarin ada yang, ini mungkin beda dengan daerah lain, tapi saya nggak perlu cerita apa masalahnya. Ada ketersinggungan salah satu masyarakat di situ lalu kemudian pagi itu banyak tulisan-tulisan, langsung saya lepas," kata Risma di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (15/8/2018).
Risma meminta masyarakat dan petugas langsung melepas tulisan provokatif yang sempat beredar di lingkungan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya minta lepas, terus saya sampaikan, kita boleh berbeda tapi kan kita tidak boleh kemudian tercerai berai. Saya sampaikan gitu ke warga Surabaya," ujarnya.
"Dan saya selalu sampaikan ini langsung ke warga Surabaya, supaya mereka tidak terlalu. Dan alhamdulillah sejauh ini, itu tidak ada masalah di Surabaya," imbuhnya.
Menurut Risma, masalah SARA dan politik identitas sangat mungkin terjadi di tahun-tahun politik. Dia pun terus berkomunikasi dan bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompida) untuk meredam adanya isu SARA dan politik identitas saat pemilu.
"Kalau kita bisa selesaikan, kita selesaikan sendiri. Tidak boleh ada pihak lain yang kemudian menjadi 'polisi', yang bukan kewenangannya. Itu yang coba kita selesaikan," tuturnya.
Namun, jika isu tersebut memerlukan kerja aparat, pihaknya langsung berkoordinasi. "Biasanya apa saja, kita selesaikannya sama-sama, jadi satu TNI, Polri, dan Pemerintah Kota," ucapnya.
Saksikan juga video ' Jelang Pilpres, Ini 'Jurus Sakti' Google Hantam Hoax ':
(nvl/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini