Pantauan di bendungan yang dibangun Belanda pada 1918 itu, Selasa (14/8/2018) terpantau nyaris mengering.
Aliran Sungai Wulan hanya berisikan aliran air yang merupakan sisa dari kedung sekitar. Begitu juga di Sungai Lusi Juana. Itu pun mulai mengering. Sisanya, adalah hamparan daratan kering.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khususnya rawa-rawa yang ada di daerah Kudus, dan Pati, supaya dahulu Belanda bisa menanami daerah rawa dengan tanaman tebu, sebagai pemasok bahan baku gula untuk PG Rendeng di Kudus, dan Trangkil di Pati.
Karno, Operator Bendung Banjir Wilalung mengatakan, kondisi kekeringan melanda bendung sejak Juni 2018 lalu. Bahkan hal itu berlanjut lebih kering di beberapa waktu terakhir.
"Kekeringan bendung ini sejak Juni lalu. Biasanya mulai terisi air saat September atau saat musim hujan tiba," kata Karno di lokasi.
Pria 44 tahun ini menceritakan, permukaan yang masih dialiri air merupakan sisa dari kedung air di wilayah sekitar. Air itu bukan berasal dari Waduk Klambu Grobogan. Sebab Waduk Klambu telah menghentikan aliran air sejak Juni.
Rata-rata ketinggian muka air sekitar 30 cm. Itu pun kemungkinan besar akan terus berkurang. Sebab hujan tak turun di lokasi sekitar sejak Juni lalu.
Karno mengaku memanfaatkan musim kering saat ini untuk merawat pintu air dan mesin jenset.
Tonton juga video: 'Tak Ada Hujan, Jalan Jatibaru Tanah Abang Kebanjiran'
(sip/sip)