Stasiun KA di Kudus Ini Jadi Saksi Sejarah Agresi Belanda I

Stasiun KA di Kudus Ini Jadi Saksi Sejarah Agresi Belanda I

Akrom Hazami - detikNews
Minggu, 12 Agu 2018 10:19 WIB
Foto: Akrom Hazami/detikcom
Kudus - Stasiun kereta api (KA) di Kudus yang dikenal Stasiun Wergu ini pernah menjadi saksi sejarah saat peristiw Agresi Militer Belanda I tahun 1947. Saat itu tepatnya, tanggal 21 Juli 1947, tentara Belanda kembali masuk.

Pendudukan Belanda di beberapa wilayah Indonesia termasuk di Kudus. Stasiun Wergu, karena lokasinya di Kelurahan Wergu Wetan ini pernah ditembaki Belanda. Ada sekitar 120 lubang pada kaca bagian atas stasiun yang merupakan bekas tembakan.

"Iya, pada saat agresi Belanda yang pertama," ungkap sejarawan asal Kudus, Edy Supratno, Rabu (8/8/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan peristiwa itu terjadi pada 21 Juli 1947. Bangunan yang diresmikan 15 Maret 1884 itu juga merupakan bagian dari sejarah kemajuan teknologi transportasi ketika itu. Pihak pemerintah kolonial berkepentingan untuk mencari moda transportasi terbaik atau terefektif untuk mengangkut komoditas berupa hasil bumi dan penumpang.

"Kemudian dipilihlah kereta api," terang Edy.

Perusahaan swasta Belanda yang ikut terjun dalam bidang ini adalah Semarang-Joana Stoomtram-maatschappij (S.J.S). Keberadaan jalur S.J.S ini menjadi penting bagi pabrik-pabrik yang ada di Kudus, Pati, dan Jepara, terutama pabrik gula.

Edy menceritakan, tentang S.J.S masa itu. Pada Oktober 1881, pengajuan konsesi S.J.S. akhirnya disetujui melalui Keputusan Kerajaan Nomor 31 tertanggal 17 Oktober 1881. Izin ini kemudian diumumkan ke publik melalui koran milik pemerintah Belanda. Selanjutnya diurus siapa yang bertanggungjawab di Hindia Belanda.

Pada 17 Januari 1882, pemerintah Hindia Belanda di Jakarta mengeluarkan keputusan Nomor 5 tentang Firma Reynst & Vinju sebagai penanggungjawab S.J.S. di Hindia Belanda. S.J.S. bermodalkan empat juta Gulden dari empat ribu saham. Dari 130 pemegang saham terjual 2.500 saham, adapun sisanya dari pinjaman pemerintah.

"Saham terbesar dipegang tiga pengaju konsesi, yaitu 352 ribu Gulden. Tiga besar pemegang saham berikutnya adalahJ.C. van Hattum sebesar 215 ribu Gulden, Firma A. van Hoboken & Co, dengan modal 165 ribu Gulden, dan saham N.V. Amsterdamse Bank sebesar 123 ribu Gulden," ujarnya.

Majalah Kopiist pernah memprediksikan bahwa untuk urusan ganti rugi tanah yang untuk dilewati rel itu persoalan sepele, tetapi yang terjadi tidak selamanya demikian. Pihak S.J.S. sering kerepotan karena banyak tanah yang sangat mahal dan sudah ganti kepemilikan dari pemilik semula.

Pada tahun pertama, rel yang dibangun masih dalam Kota Semarang. Di tahun kedua sudah memasuki kota Demak dari Genuk dengan rel sepanjang 19,7 kilometer. Jalur Demak-Kudus sepanjang 26,4 kilometer dibuka pada 15 Maret 1884. Sebulan berikutnya jalur Kudus-Pati sepanjang 21,2 kilometer dibuka, tepatnya 19 April 1884.

Bersamaan dengan itu jalur Pati-Juana sepanjang 14,7 kilometer juga dibuka. Pada tahun itu, lanjut Edy, total panjang rel yang berhasil dibangun S.J.S sepanjang 86,7 kilometer.

"Jalur Semarang-Juana ini juga tercatat sebagai pembangunan tram pertama di Hindia-Belanda. Walau statusnya hanya tram, lebar spoor (jarak bagian dalam jalur besi) yang dibangun berukuran 1.067 mm, spoor kereta api jalur Semarang-Surakarta-Yogyakarta berukuran 1.435 mm," imbuhnya.

Menurutnya, ada persamaan dan perbedaan antara tram dan kereta api. Di antaranya rel tram mengikuti jalan raya, walaupun tidak selamanya demikian. Selain itu tram hanya melayani jalur pendek.

Dia menuturkan, begitu jalur-jalur ini resmi dibuka, antusias masyarakat sangat tinggi. Untuk gerbong penumpang disediakan dua kelas, kelas I untuk penumpang kulit putih dan kalangan elite pribumi serta kelas II untuk penumpang masyarakat biasa.

"Dalam gerbong untuk angkutan barang, Kudus tercatat sebagai daerah yang menerima dan mengirimkan barang terbanyak kedua setelah Semarang. Jumlah barang jenis potongan yang dikirim selalu mengalami kenaikan per tahun," beber Edy.

Berdasarkan pantauan kini, jejak rel telah tertutup bangunan permanen. Jalur rel dan bekas stasiun juga sudah banyak yang telah hilang. Bangunan stasiun sempat beralih jadi pasar yaitu sekitar 1993. Warga menyebutnya, Pasar Stasiun Wergu.


Tonton juga video: 'De Drie Lijkkoetsen, 3 Kereta Jenazah Era Belanda di Salatiga'

[Gambas:Video 20detik]

(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads