Saling Sindir Kubu Prabowo-Jokowi soal Jebakan Batman

Saling Sindir Kubu Prabowo-Jokowi soal Jebakan Batman

Ray Jordan - detikNews
Minggu, 12 Agu 2018 05:59 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Wasekjen PAN Erwin Izharrudin menilai Jokowi terkena 'jebakan batman' dalam memilih KH Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya. Pernyataan ini ditanggapi dengan sindiran balik para pendukung Jokowi.

Erwin Izharrudin menilai, ucapan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief adalah sebuah 'jebakan batman' untuk partai oposisi. Dia mengatakan pernyataan Andi mengenai mahar Rp 500 miliar itu adalah strategi dalam politik.

"Mengenai mahar, sampai saat ini kita nggak pernah dengar itu, ya. Menurut saya pribadi, itu mungkin hanya strategi di mana Sandiaga Uno memang sudah kita gadang-gadang maju," kata Erwin saat diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Erwin mengatakan, keputusan Jokowi memilih KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres karena masuk dalam 'jebakan batman' tersebut. Dia menilai sejak awal Prabowo Subianto sudah digadang-gadang bakal bersanding dengan Sandiaga karena Sandi dianggap mampu menyelesaikan masalah ekonomi Indonesia.

"Dengan adanya ini, partai oposisi mengira Sandiaga Uno nggak akan diambil. Yang diambilnya itu ulama. Maka lahirnya kubu sebelah ngambil ulama. Sebenarnya ini jebakan batman, karena kita harusnya Indonesia ini yang ngerti ekonomi, bukan ulama, agar kita dapat meng-create pengusaha di Indonesia banyak seperti Singapura dan ini tugas Sandi. Kalau Prabowo itu membawa ide-ide dan gagasan untuk Indonesia ke depan," ungkapnya.

Dia pun menyindir Jokowi karena telah memilih Ma'ruf, yang berlatar belakang ulama, sebagai cawapresnya. Dia membandingkan Prabowo dengan Jokowi. Dia menilai Jokowi-lah yang memilih ulama sebagai cawapres, bukan ulama yang memilih capres atau cawapres, seperti Prabowo yang diusung oleh Ijtimak Ulama.

"Akhirnya orang nggak akan menyangka pihak kita nggak usung ulama, karena kita yang usulkan capres dan cawapres, kita diusung oleh ulama, bukan presiden yang milih ulama. Jadi beda itu," imbuh dia.

Pernyataan Erwin ini langsung ditanggapi para pendukung Jokowi. Salah satunya yakni Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily yang menyindir balik PAN.

Menurut Ace, tidak ada istilah 'jebakan batman' dalam keputusan Jokowi yang memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya. Justru, kata Ace, yang terjadi adalah PAN tidak mendapatkan apa-apa dari keputusan Prabowo Subianto yang memilih Sandiaga Uno sebagai cawapresnya.


"Saya kira tidak ada itu istilah 'jebakan batman'. Yang terjadi malah justru kita mohon maaf ya, PAN malah tidak dapat apa-apa gitu, dari proses yang dilakukan negosiasi selama ini," kata Ace saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (11/8/2018).

Ace menilai, PAN selama ini terkesan selalu menyampaikan isu agama dalam proses pemilihan capres dan cawapres. Namun, yang terjadi adalah Prabowo Subianto, sebagai capres yang diusung PAN justru tidak memilih cawapres dari kalangan agamawan.

"Saya kira penilaian itu boleh saja. Tapi justru, PAN yang selama ini selalu menyampaikan isu agama dan lain-lain, ternyata malah Pak Jokowi yang mengakomodasi kelompok agamawan dalam kepemimpinan nasional," katanya.

Ace pun menilai sebaliknya, justru yang terkena jebakan adalah PAN. Sebab dari awal PAN sering membahas soal agama, namun ketika Jokowi memilih sosok agamawan justru dinilai sebagai sebuah jebakan.

"Jadi jangan menjilat ludah sendiri, yang selama ini selalu bincang soal isu yang bertendesi agama, eh sekarang kok menjadi merasa bahwa bicara agama saja dianggap saja sebagai jebakan batman," katanya.

Wasekjen PPP Achmad Baidowi atau akrab disapa Awiek juga menanggapi pernyataan Erwin. Awiek menyebut pilihan ke Ma'ruf Amin telah melalui proses pembahasan yang matang.

"Jadi pilihan terhadap Kiai Ma'ruf sudah melalui proses yang matang dan dalam tidak terpengaruh dari jebakan atau pandangan orang. Kami mencari sosok yang bisa diterima kalangan dan bisa diterima semua kelompok," kata Awiek saat diskusi di Warung Daun, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8).


Awiek mengatakan sosok Ma'ruf Amin selain mengerti agama juga sosok yang mengerti ekonomi keumatan dan ekonomi syariah. Dia pun menyebut penetapan nama Ma'ruf Amin sendiri adalah kesepakatan bersama dengan Jokowi dan partai koalisi Jokowi.

"Kalau cawapres soal ekonomi saya setuju, jangan lihat kiai Ma'ruf hanya bersorban, tapi dia mengerti soal ekonomi syariah jadi tidak salah menempatkan kiai Ma'ruf sebagai cawapres karena keputusan bersama koalisi, dibahas bersama secara kekeluargaan tidak menimbulkan reaksi berlebihan," ungkapnya.

Dia pun juga menjelaskan pemilihan Ma'ruf sebagai cawapres pendamping Jokowi karena kapasitas dan kualitas Ma'ruf, bukan memikirkan mengenai Pilpres di 2024 nanti. "Pada pemilihan Kyai Ma'ruf tidak ada hubungannya dengan penampilan Pilpres 2024, itu hanya asumsi banyak orang, apa yang kita hitung sekarang bisa berubah karena politik itu dinamis," jelas dia.

Politikus PDIP Maruarar Sirait juga menanggapi pernyataan Erwin. Maruarar menegaskan, Jokowi memilih Ma'ruf Amin karena yakin. Dia juga mengatakan Jokowi tidak pernah mengajarkan kepada kolega dan pendukungnya politik menjebak.

"Yang pasti Jokowi tidak suka jebak-jebakan, kalau ada yang menganggap terkena jebakan, itu silakan. Tapi Pak Jokowi tidak pernah mengajarkan orang untuk jebak-menjebak. Dia selalu mengajarkan politik ini berdasarkan Pancasila," kata Ara saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (11/8).

Terkait dengan pilihan Jokowi yang jatuh pada Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, Ara menilai itu sebagai bentuk pernghargaan terhadap ulama. Pilihan itu juga karena Jokowi yakin Ma'ruf Amin sebagai pasangan yang tepat dan bisa memberikan kebaikan bagi Indonesia.


"Jokowi memilih KH Ma'ruf Amin karena menghargai ulama. Jadi tidak ada jebak-menjebak," katanya.

Ara menambahkan, para pendukung Jokowi juga merasa tidak terjebak atas pilihan Jokowi itu. Yang terpenting, kata Ara, pihaknya selalu mengedepankan cara berpolitik yang demokratis dan adu gagasan serta program.

"Kami juga tidak merasa terjebak dan kita tidak pernah berpolitik dengan jebakan. Kita biasa bersaing dengan demokratis, fair dan tidak gunakan isu SARA tetapi visi, misi, program dan track record," jelasnya.

"Kalau ada anggapan Jokowi terjebak ya nggak apa. Tapi perlu diingat, Pak Jokowi tidak pernah menjebak orang dan tidak merasa terjebak. Karena beliau memilih dengan keyakinan dan menghargai ulama," tambahnya.

Kelompok relawan Jokowi juga memberikan tanggapan, salah satunya Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi. Ketua Umum Seknas Jokowi M Yamin meminta PAN sadar diri.

"Wah, kalau begitu menarik, yang membuat 'jebakan batman' dan melakukan politisasi agama selama ini siapa?" ujar Yamin dalam keterangannya, Sabtu (11/8).

Yamin lantas menyindir PAN. Dia menilai sebaiknya PAN sadar diri dengan masih adanya kader PAN di dalam Kabinet Kerja di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini.


"Sebelum kami komentari, harusnya PAN sadar diri untuk mundur dari kabinet Jokowi. Jangan PAN melempar pengalihan isu," katanya.

Terkait dengan pemilihan KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres, Yamin menilai Jokowi paham dan sadar betul dengan pilihan tersebut. Dia menilai, Maruf Amin juga sangat paham dengan persoalan ekonomi.

"Pak Jokowi menyadari betul kita perlu perbaikan ekonomi keumatan, dan itu harus dijalankan secara sungguh-sungguh. Ma'ruf Amin sosok yang sangat paham, silakan pelajari sosok beliau," katanya.

"Pilihan Pak Jokowi justru yang cerdas, ulama berpengalaman, memiliki kapabilitas untuk misi ekonomi umat, serta beliau akan menjadi simbol kesejukan untuk Indonesia damai melawan intoleransi," imbuhnya.

Sementara itu, cawapres Sandiaga Uno yang akan menjadi rival Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 nanti, enggan berkomentar mengenai 'jebakan batman' yang disebutkan petinggi PAN tersebut.

"Saya nggak komentar, anything yang negatif nggak komentar," kata Sandiaga di Lapangan F7 Mini Soccer, Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (11/8/2018).


Menurut Sandi, Pilpres 2019 merupakan ajang silaturahim. Sehingga menurutnya, persatuan lebih penting dibanding harus saling 'serang'.

"Bagi saya pilpres adalah ajang silaturahim. Kalau terus lempar molotov satu sama lain nggak akan selesai. Mari kalau ada molotov ke kita, kita siram, kita matikan dan tak usah balas. Itu akan membangun harmoni dan satu persatuan," ujar Sandi.

"Kita bersatu aja belum tentu benar, persaingan gini apalagi kalau kita pecah belah, yok kita satu sama-sama gunakan kesempatan untuk united we stand," imbuhnya. (jor/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads