Alasan PPIH Tak Fasilitasi Ibadah Tarwiyah untuk Jemaah Haji

Laporan dari Mekah

Alasan PPIH Tak Fasilitasi Ibadah Tarwiyah untuk Jemaah Haji

Fajar Pratama - detikNews
Sabtu, 11 Agu 2018 20:03 WIB
Foto: Fajar Pratama/ detikcom
Mekah - Meskipun tak melarang, pemerintah melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tidak memfasilitasi jemaah melakukan ibadah tarwiyah. Ada sejumlah alasan yang mendasari sikap pemerintah.

"Sesuai dengan surat edaran daker yang saya sebarkan, nomer 233. Itu tetap kita pada prinsipnya tidak ada fasilitasi untuk program tarwiyah, hal ini kami lakukan mengingat SOP dari penyelenggaraan haji oleh pemerintah atau Kemenag, adalah tidak laksanakan tarwiyah," ujar Kepala PPIH Daker Mekah Endang Jumali, di kantornya, Sabtu (11/8/2018).

Tarwiyah adalah melakukan napak tilas perjalanan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Jamaah Tarwiyah akan melakukan perjalanan dari Mekah ke Mina sejauh 14 kilometer. Lalu, setelah itu perjalanan berlanjut keesokan harinya dari Mina ke Arafah untuk bergabung dengan jamaah lainnya yang berangkat dari Mekah, langsung ke Arafah untuk menjalani wukuf.

Ada jemaah haji yang menempuh perjalanan tarwiyah dari Mekah-Mina itu dengan jalan kaki. Ada pula yang naik bus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tinjauan Fikih

Endang yang sehari-hari menjabat sebagai Kasubdit Bimbingan Ibadah Haji Ditjen PHU Kemenag ini mengatakan, dari tinjauan fikih, ibadah tarwiyah bukan rukun maupun wajib haji.

"Secara hukum fikih kan tarwiyah itu bukan rukun. Bukan wajib. Karena ketika kita lihat perspektif fikih dalam mahzab manapun, yang namanya sunah itu mutlak bisa ditinggalkan dan tarwiyah ini tidak masuk dalam wajib dan rukun. Hanya semacam kita itu menapak tilas bahwa rasul pada saat haji, dia berangkat dari Mekah, ke mina istirahat untuk persiapan esok harinya," ujar Endang.


"Dulu, memang sepeti itu. Karena kondisi jalan belum begitu seperti sekarang. Dari Mekah ke sana berjalan kaki. Maka memerlukan energi persiapan untuk esoknya di tanggal 9," sambungnya.

Segi Fisik Jemaah

Selain tinjauan fikih yang sifatnya tidak mewajibkan, kondisi kesehatan jemaah haji juga berpotensi begitu terkuras. Jemaah yang melaksanakan ibadah tarwiyah harus melakukan perjalanan ekstra ke Mina baru kemudian bergabung dengan jemaah reguler lainnya di Arafah.


"Karena perjalanan antara Mekah ke Mina itu lalu ke Arafah lalu balik lagi pada 9 malem. Itu melelahkan dan jaraknya juga luar biasa. Kalau dihitung-hitung bisa 27 Km," ujar Endang.

Sisi Kenyamanan dan Keamanan Jemaah

Dari segini kenyamanan dan keamaan jemaah juga perlu diperhatikan. Pada tanggal 8 Zulhijah pada saat pelaksanaan tarwiyah, penyelenggara haji baik dari Arab Saudi maupun Indonesia semuanya sudah mulai fokus di Arafah.

Dengan begitu, pelayanan terhadap jemaah di Mina pada hari tarwiyah tidak akan maksimal. Begitu juga dengan sisi keamanan.


"Tidak ada unsur penyelenggara di sana. Muasasah juga sudah fokus di Arafah. Maktab juga fokus di Arafah. Lalu siapa yang monitor mina pada saat itu? Ini yang menjadi pertanyaan," ujar Endang.

"Kedua dari sisi kenyamanan, di mana saat itu semua fasilitas ada di Arafah. Mereka ke sana. Ini hal yang perlu digarisbawahi. Baik dari air listrik, maka perlu kooridinasi dengan maktab. Itulah kenapa kita nggak ada tarwiyah," sambungnya. (fjp/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads