Ngabalin soal Pidato 'Berantem' Jokowi: Itu Perintah Panglima

Ngabalin soal Pidato 'Berantem' Jokowi: Itu Perintah Panglima

Andhika Prasetia - detikNews
Selasa, 07 Agu 2018 17:40 WIB
Foto: Dok. Ali Mochtar Ngabalin
Jakarta - Tenaga Ahli Kedeputian IV KSP Ali Mochtar Ngabalin merasa tak ada yang salah dari arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal berani jika diajak berantem kepada relawannya. Menurutnya, yang disampaikan Jokowi sudah benar.

"Apa yang salah coba? Kalau orang sekolah, itu ngerti tentang narasi dan diksi. Awalnya kan apa beliau bilang? Jangan menyebarkan berita bohong, jangan mau berantem, jangan anu, jangan itu, belakangnya dia bilang, tapi kalau diajak berantem, jangan takut. Apa itu artinya? Itu artinya perintah panglima perang dan saya insyaallah panglimanya," ujar Ngabalin di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (7/8/2018).


Ngabalin menyebut arahan Jokowi bukan bentuk arogansi. Sebab, Jokowi berasal dari kultur Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nggaklah, nggak. Orang Solo itu nunjuknya bukan seperti saya, anak Buton, anak Papua, anak Kei, anak Bali, anak Bugis. Bukan menunjuk pakai telunjuk, tapi pakai jempol. Telunjuknya ada di belakang, monggo, kerisnya di belakang. Artinya, beliau menghindar adanya benturan, nunjuknya saja pakai jempol," jelas Ngabalin.


Sebelumnya, arahan Jokowi kepada relawan di Pilpres 2019 agar 'berani jika diajak berantem' ramai jadi pembahasan. Jokowi awalnya meminta relawan bersatu, militan, dan bekerja keras.

"Tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang lain. Tapi kalau diajak berantem juga berani," ucap Jokowi, yang disambut riuh relawan sambil berdiri.

"Tapi jangan ngajak lho. Saya bilang tadi, tolong digarisbawahi. Jangan ngajak. Kalau diajak, tidak boleh takut," sambungnya.


Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, menegaskan arahan Jokowi itu bukan berarti memerintahkan relawannya berkelahi. Budi Arie lalu memberi versi lain dari potongan arahan Jokowi tersebut. Berikut ini penggalannya:

Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang. Tapi kalau diajak berantem juga berani. (dkp/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads