Embung Kering Saat Kemarau, Petani Desa di Semarang Ini Merantau

Embung Kering Saat Kemarau, Petani Desa di Semarang Ini Merantau

Eko Susanto - detikNews
Selasa, 07 Agu 2018 08:20 WIB
Embung di Desa Boto, Kabupaten Semarang yang kering kerontang. Foto: Eko Susanto/detikcom
Semarang - Dua embung di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, airnya kering. Akibat keringnya dua embung tersebut puluhan hektar lahan pertanian tidak bisa ditanami dan lahan dibiarkan kering. Warga yang semula mengolah lahan pertanian, kemudian merantau bekerja serabutan di luar daerah.

Kedua embung tersebut dibangun pada tahun 2007 yang berada di Dusun Penggung, Desa Boto dengan luas 30 meter x 40 meter. Kemudian, satu embung lainnya dibangun pada tahun 2009 yang berada di Dusun Boto, Desa Boto dengan luas 25 meter x 30 meter.

Air dari kedua embung itulah yang mengaliri air lahan pertanian di sekitarnya seluas 25 hektaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, air dari embung dialirkan melalui saluran yang ada, maupun dengan cara disedot menggunakan diesel.

Namun, sejak akhir Juni lalu atau setelah Lebaran, air diembung mulai surut. Bahkan untuk saat ini kedua embung tersebut telah kering.


Embung di Desa Boto, Kabupaten Semarang yang kering kerontang. Embung di Desa Boto, Kabupaten Semarang yang kering kerontang. Foto: Eko Susanto/detikcom

Salah seorang petani, Wagiman (54), warga Dusun Boto RT 02/RW 07, Desa Boto mengatakan, keberadaan embung sangat membantu bagi petani penggarap maupun petani lainnya. Untuk itu, saat bulan Puasa lalu, masih ada air kemudian lahan garapannya ditanami jagung.

"Kami garap seperempat hektar lahan bengkok, kami tanami jagung. Jenis jagung kecil untuk pakan burung, tapi ini sudah pada mati. Kemarin ada yang menawar Rp100 ribu mau dibeli untuk pakan ternak," katanya saat ditemui di Dusun Boto, Desa Boto, Kecamatan Bancak, Senin (6/8/2018).

Karena kurang air, kata dia, selain tanaman jagung ada yang mati, ada juga sebagian yang berbuah, sekalipun nanti saat dipanen hasilnya tidak memuaskan.

"Kalau dihitung-hitung, kami telah rugi. Dulu sudah sempat nyedot air dari embung juga, yang pasti rugi pembelian bibit," tuturnya.

Kepala Desa Boto, Kecamatan Bancak, Sjaichul Hadi menambahkan untuk di Desa Boto ada tiga embung, kemudian saat ini kedua embung kondisi airnya kering. Sedangkan satu embung berada di Dusun Gunung, masih ada airnya karena berdekatan dengan sumber mata air.

"Dari total 152 hektare lahan pertanian, 90 persen tidak bisa ditanami, juga ada dari 90 persen tadi yang gagal panen. Jadi biasanya warga di Desa Boto ini sebagian besar petani menanam dua kali dalam setahun," katanya.

"Untuk selanjutnya karena sebagian besar tanahnya tadah hujan dengan mengandalkan bantuan dari embung itu, sehingga tidak bisa menanam atau mungkin berusaha menanam ketiga kalinya tapi tidak panen," ujar dia.

Embung di Desa Boto, Kabupaten Semarang yang kering kerontang. Embung di Desa Boto, Kabupaten Semarang yang kering kerontang. Foto: Eko Susanto/detikcom

Untuk embung yang ada saat ini, katanya, tidak bisa digunakan karena embung untuk menampung air hujan.

"Ada dua embung yang tidak bisa digunakan, kemudian embung ketiga bisa, tapi tidak menjangkau cukup banyak dan hanya di sekitarnya saja. Dari dua embung itu ada sekitar 25 hektar lahan yang tidak bisa ditanami, ada tanah warga dan tanah kas desa," kata dia.

Pada saat musim kemarau karena tidak bisa menanam, warga kemudian bekerja serabutan. Bahkan ada juga warga yang merantau di luar daerah.

"Ada warga yang kerja di bangunan, ada yang merantau di Jakarta, ada di luar Jawa juga untuk bekerja," pungkasnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads