Dubes Wahid menceritakan Festival Indonesia kali ini digelar lebih meriah dari dua festival sebelumnya dengan mengangkat tema 'Visit Wonderful Indonesia: Explore our Regions'. Sejak diumumkan awal tahun lalu, banyak UKM di Indonesia yang langsung menyerbu untuk mendaftar, termasuk pemda tingkat provinsi dan kabupaten.
"Ini pertama kalinya daerah kita undang, tapi mereka bayar. Kita kasih fasilitas tapi mereka harus jualan, bawa UKM dan kesenian. Banyak yang minta diundang, tapi kalau hanya sekadar mau jalan-jalan, itu nggak saya kasih. Kalau nanti hanya jalan-jalan, justru sayang," kata Dubes Wahid saat berbincang dengan wartawan di KBRI Moskow, Novokuznetskaya Ulitsa 12, Moskow, Rabu (1/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada 9 daerah tingkat provinsi serta kota/kabupaten yang bergabung di Festival Indonesia ketiga ini yakni Sumatera Barat, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Pekalongan, Kulonprogo, Sijunjung, Malang, Pasuruan, dan Denpasar. Dubes Wahid menyebut banyak pemda wilayah lain yang sebenarnya berniat bergabung, namun urung dilakukan karena saat itu terkendala pelaksanaan Pilkada.
Dubes Wahid mengatakan, tahun ini KBRI Moskow menargetkan Festival Indonesia dihadiri 120 ribu pengunjung. Dia optimistis target itu terpenuhi melihat tingginya animo warga Rusia pada pelaksanaan festival ini sebelumnya.
Festival Indonesia pertama digelar pada 20-21 Agustus 2016 di Hermitage Garden Moskow, seluas 6 Ha dan dikunjungi lebih dari 68.000 orang. Sedangkan festival Indonesia kedua, 4-6 Agustus 2017 di tempat yang sama dikunjungi lebih dari 91.600 orang. Tahun ini pelaksanaannya digelar di Taman Krasnaya Presnya.
Taman Krasnaya Presnya terletak di pusat kota Moskow, tak jauh dari Gedung Putih kantor pusat pemerintah Federasi Rusia dan dekat dengan World Trade Center (WTC). Taman seluas 16,5 ha ini didirikan tahun 1932 dan merupakan monumen sejarah dan arsitektur, serta monumen seni lanskap abad XVIII-XIX.
"Taman ini 3 kali lebih besar dari tempat sebelumnya. Kalau tempat sebelumnya 6 hektare sudah penuh, nggak bisa nambah lagi. Pada festival ini akan ada 85 booth yang sebagian menampilkan produk-produk dari UMKM. Meningkat dari tahun lalu yang hanya 70 booth dan ada sekitar 15 booth dari counterpart lokal artinya dari Rusia yang menjual produk Indonesia. Jadi secara keseluruhan akan ada sekitar 100 booth di lokasi," kata Dubes Wahid.
Wahid menyampaikan, seluruh persiapan untuk festival ini sejauh ini berjalan lancar. Dia juga bersyukur Wali Kota Moskow sangat mendukung pelaksanaan Festival Indonesia dengan menyediakan lokasi secara gratis, bahkan ikut membantu promosi. Menurutnya, festival ini sudah jadi salah satu festival unggulan di Moskow yang selalu dinanti warga.
Dalam pelaksanaan Festival Indonesia sebelumnya, warga Rusia sangat antusias menikmati berbagai pertunjukan yang digelar, termasuk wayang dan tari.
"Karena Festival Indonesia jadi icon akhirnya sekarang dubes-dubes ASEAN sudah pada nanya-nanya ke saya. Jepang ngikutin, Korea ngikutin. Jadi akhirnya kan membuat kota Moskow ini lebih hidup sekarang. Dubes Myanmar itu sampai dua jam ke saya belajar bagaimana mengadakan festival ini," ucapnya seraya tersenyum.
Wahid bersyukur pelaksanaan Festival Indonesia sebelumnya berlangsung sukses. Baginya, ajang ini bukan hanya sekadar seremonial belaka, namun sebagai pintu masuk untuk menawarkan berbagai potensi Indonesia ke warga Rusia.
"Ini inisiatif 100 persen dari KBRI Moskow. Pertama kali sejak tahun 54 kita punya embassy baru pertama kali bikin event Festival Indonesia di 2016. Dan ternyata semua yang dilakukan negara di dunia ini pendekatannya itu budaya. Diplomasi budaya. Amerika lewat Hollywood jualan filmnya, budaya. Terus jepang lewat Jpop dan Korea Kpop. Makanya konsep saya juga gitu. Meniru saja. Ternyata saya baca sejarahnya orang Rusia memang sangat menghargai budaya. Di sini namanya theatre, pertunjukan musik, penuh terus," katanya.
Wahid mengatakan pelaksanaan Festival Indonesia sebelumnya telah memberikan dampak signifikan bagi Indonesia. Dia berharap event ketiga ini makin meningkatkan kerja sama Indonesia-Rusia.
"Sekarang hubungan Indonesia-Rusia makin bagus, bisnis juga makin bagus. Sebelum saya datang ke sini perdagangan turun, wisatawan turun. Setelah Festival Indonesia pertama, terakhir 2017 tahun lalu wisatawan naik 37 persen dan tertinggi di dunia persetasinya. Untuk pertama kalinya di atas 100 ribu. Dulu nggak pernah menyentuh 100 ribu. Perdagangan dulu turun, naik sekarang. Terakhir 25 persen menjadi Rp 3,24 miliar dan kita surplus Rp 1,7 miliar," ujarnya.
"Sekarang juga pelajaran bahasa Indonesia sudah mau mati hidup lagi. Bahkan Kazan State University sudah buka jurusan bahasa Indonesia, jurusan baru di Kazan. Itu kan kelihatan (dampak dari Festival Indonesia-red). Dulu sudah mau mati," sambungnya. (hri/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini