Paijah telah tergabung pada kelompok terbang (kloter) 59 asal Pati. Dan rencananya akan berangkat menuju tanah suci pada tanggal 2 Agustus mendatang.
Kepada wartawan, Paijah mengakui sudah menabung sejak belasan tahun yang lalu. Dan mulai mendaftar haji di kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Pati sekitar 7 tahun yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paijah bercerita, setiap hari ia harus berjalan kaki ke rumah warga yang bayinya hendak dipijat. Ia pun tak pernah mematok harga khusus atas keahlian yang dimilikinya sejak usia muda itu.
"Biasanya ya warga sekitar desa sini. Ya mulai merawat bayi itu, memijat, dan lain sebagainya. Memang kan untuk mijat itu nggak sembarangan, kalau salah bisa-bisa malah sakit," akunya.
Biasanya, sekali pijat ia bisa mendapatkan uang sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu. Bahkan, tak jarang ia memijat secara gratis karena sang orang tua bayi sedang tidak punya uang. Selama 15 hari, ia mengakui mampu mengumpulkan uang sebesar Rp 500 ribu. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini