PPP Sebut Penurunan Angka Kemiskinan sebagai Prestasi Jokowi

PPP Sebut Penurunan Angka Kemiskinan sebagai Prestasi Jokowi

Raden Fadli Sumawilaga - detikNews
Senin, 30 Jul 2018 17:59 WIB
PPP Sebut Penurunan Angka Kemiskinan sebagai Prestasi Jokowi
Foto: Wikha Setiawan/detikcom
Jakarta - Wakil Ketua Umum PPP Amir Uksara menyebutkan penurunan angka kemiskinan yang mencapai titik terendah, yakni 9,82 persen, dinilai sebagai sebuah prestasi yang membanggakan di tengah kondisi perekonomian global yang saat ini kurang mendukung.

"Ini merupakan sebuah prestasi yang spektakuler yang berhasil ditorehkan pemerintahan Joko Widodo di tengah perekonomian global yang tidak menentu saat ini," kata Amir dalam keterangan tertulis, Senin (30/7/2018).

Anggota Komisi XI DPR RI ini menambahkan, sebenarnya sulit bagi semua negara untuk menurunkan angka kemiskinan dengan kondisi perekonomian saat ini. Namun Indonesia terbukti berhasil melakukannya. Hal ini tidak lain disebabkan oleh kebijakan dan program pemerintah yang berjalan efektif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penurunan angka kemiskinan ini di antaranya disebutkan pembangunan infrastruktur yang dilakukan hingga garis terluar. Hal ini membuat ekonomi bergeliat positif," kata Amir.


Selain itu, penurunan angka kemiskinan ini juga imbas dari penyaluran dana desa yang berhasil membuat perekonomian desa juga bergerak ke arah positif. Dana desa itu selain digunakan untuk pembangunan infrastruktur desa, juga dimanfaatkan untuk memajukan perekonomian desa seperti dengan memberdayakan UMKM dan wisata desa.

Selain dua program tersebut, ada juga kontribusi Kartu Indonesia Sehat hingga Kartu Indonesia Sejahtera yang juga berhasil memudahkan warga mengakses kebutuhan mereka.

"Penurunan angka kemiskinan ini adalah fakta berbasis data yang dikeluarkan BPS (Badan Pusat Statistik) yang tak bisa diingkari. Jika kita tidak percaya sama data, kepada apa lagi kita akan percaya," pungkas Amir.

Berdasarkan data BPS, pada Maret 2018 persentase penduduk miskin di Indonesia turun 0,30 persen (630 ribu orang) menjadi 9,82 persen (25,95 juta orang), yang awalnya 10,12 persen (26,58 juta orang) per September 2017.

(idr/idr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads