Seperti dilansir Malay Mail dan The Guardian, Senin (30/7/2018), kepala tim penyelidik tragedi MH370, Kok Soo Chon, menyatakan kecil kemungkinan pilot dan kopilot secara sengaja menjatuhkan pesawat. Kok menyatakan puas dengan hasil analisis latar belakang terhadap pilot dan kopilot MH370.
Saat diminta menjelaskan apakah berarti tim penyelidik mengesampingkan tanggung jawab pilot pesawat dalam hilangnya MH370, Kok menjawab pihaknya tidak secara keseluruhan mengesampingkan kemungkinan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka (psikiater) tidak menemukan adanya perubahan perilaku yang signifikan," imbuhnya.
"Namun demikian, ada beberapa bukti yang mengarah pada campur tangan tak sah yang tak bisa dipengaruhi, seperti terhentinya komunikasi dan aktivitas putar balik pesawat secara manual, bukan karena anomali dalam sistem mekanis," tegas Kok.
Kok merujuk pada berkurangnya kontak komunikasi sebelum MH370 berputar balik dari rute seharusnya ke Beijing China pada 8 Maret 2014 lalu. Hal itu mengindikasikan bahwa sistem komunikasi dimatikan secara manual entah disengaja atau tidak.
Kok juga mengatakan, pilot MH370, Zaharie Ahmad Shah, menjadi orang pertama yang diselidiki. Pilot berusia 53 tahun itu diketahui sangat berpengalaman dengan 18 ribu jam terbang.
Kok menyebut pilot Zaharie tidak memiliki riwayat perawatan kejiwaan, tidak ada bukti konflik dengan teman atau keluarga, tidak ada penggunaan narkoba, tidak ada bukti hubungan yang bermasalah dengan anggota keluarga, tidak ada bukti tekanan finansial dan tidak ada bukti dia mendaftar asuransi tambahan. Dia menegaskan sang pilot sangat dihormati.
"Tim tak bisa memastikan penyebab sebenarnya atas hilangnya MH370. Jawabannya hanya bisa konklusif jika serpihannya ditemukan," kata Kok.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini