Niatnya ke tanah suci ada sejak tahun 2008 silam. Dengan niat kuat itu, Safuan selalu menyisihkan uang hasil tambal ban dan menjual bensin eceran kemudian diberikan ke istri untuk di simpan.
"Jadi saya tidak tahu sehari berapa, tidak pernah dihitung, yang penting saya ikhlas," ujar Safuan saat ditemui di kios tambal ban miliknya beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sang istri ternyata juga ikut menabung dari hasil kerja di pabrik dan tahun 2010 uang sudah lumayan terkumpul dan bisa untuk mendaftar haji. Tapi Safuan mengurungkan niatnya itu.
"Tahun 2010 mau mendaftar sendiri, tapi saya belum mau, rumah tangga kan ada bapak dan ibu, kalau berangkat sendiri kurang afdol," ujarnya.
Menabung pun dilanjutkan dan ternyata hanya setahun saja, Safuan sudah berani mendaftarkan diri dengan istrinya untuk pergi haji. Ia mengaku nekat dan tidak memikirkan bagaimana cara pelunasan sisanya.
"2011 saya mulai daftar, tidak mikir dari mana uang pelunasannya," pungkas Safuan.
![]() |
Sembari menabung, Safuan ternyata juga harus merelakan motornya untuk dijual agar pembayaran lunas. Namun hal itu tidak masalah baginya karena sebagai gantinya bisa menjalankan ibadah ke tanah suci dengan istri tercinta.
"Alhamdulillah kita menabung sedikit demi sedikit dan akhirnya bisa dipanggil ke sana," tutup Safuan. (alg/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini