"Prioritas aktivis bela islam ini ada partai oposisi yang katanya ikhlas dan Islam, mendukung perjuangan umat islam bukan menunggangi itu kita sambut baik. Dan kita ini minta bukti kalau anda partai oposisi, kalau anda ingin bangsa ini berkeadilan lepaslah egomu dukung dong ulama jadi capres. Ini seolah-olah aksi bela Islam itu dukung ketua parpol untuk jadi Presiden. Jadi apakah yang selama ini kita lakukan apakah ditunggangi?" kata Kapitra saat konferensi pers di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (29/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita nggak ada urusan untuk perlawanan sama Jokowi, kemarin itu penegakan hukum atas penistaan agama. Tapi dengan masuknya orang ini, dia membawa ke politik. Kita pikir ini ikhlas, tulus, sehingga dia lepaskan ego partainya dan memilih di luar partai untuk jadi kandidat presiden, ternyata, kan nggak. Saya yakin kalau disuruh pilih di situ kalau nggak ada intevensi pasti HRS dipilih sama peserta itu," tegas dia.
Kapitra juga membantah kalau nama Prabowo yang direkomendasikan Ijtimak Ulama bukan berasal dari aspirasi HRS. Sebab, menurutnya tidak adil kalau HRS memilih satu diantara lima yang dicalonkan.
"Mereka itu memutuskan lalu lapor ke HRS, setahu saya gitu. PA 212 kan merekomendasikan lima kandidat. Ada HRS, ada Prabowo, ada Zulhas, ada Tuan Guru Bajang, ada Yusril Ihza Mahendra. Dari lima ini dipilih satu, kalau misalnya HRS tiba-tiba dukung Prabowo ya dia nggak adil dong, dengan empat yang lainnya. Mereka mungkin katakan ke HRS ini aspirasi peserta, saya pikir demikian analisa saya," jelasnya. (bag/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini