"Tidak jarang orang memakai nama Tuhan untuk tujuan politik. Itu yang terjadi," kata Buya Syafii yang juga Presiden World Confrence on Religion for Peace (WCRP) dalam diskusi bertajuk 'Agama, Politik, dan Politisasi Agama', di Museum Kebangkitan Nasional, Senen, Jakarta Pusat, Minggu (29/7/2018).
"Yang repotnya ini yang terlibat kan profesor, tamatan Amerika, Eropa, Australia. Kalau dia sudah masuk ke politik itu biasanya kewarasan sudah hilang, rasionalitas hilang," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Katakanlah persaingan antara kandidat di Pilkada DKI 2017 silam, sentimen agama terbukti sebagai jalan paling lapang guna mengantarkan seorang kontestan menuju kursi gubernur. Belum sungguh-sungguh hilang dari ingatan kita, sebuah cuplikan terjemahan bebas dari sebuah ayat dalam kitab suci agama Islam tiba-tiba populer lantaran saban hari dikutip media," kata Sidarto di tempat yang sama.
Bahkan, anggota Dewan Pendiri Nusantara Institute Sumanto Al Qurtuby menyebut Pilkada DKI 2017 sebagai pilkada terburuk yang pernah ada di Indonesia. "Pilgub Jakarta itu saya sebut berkali-kali pilgub terburuk sedunia akhirat itu karena memang dalam sejarah pemilihan gubernur menggunakan isu-isu agama semaksimal," kata Sumanto.
Tonton juga 'Buya Syafii Bicara Mengenai Suriah, Irak dan Teologi maut':
(dhn/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini