"Saya kira kelompok nasionalis dan Islam harus bersama-sama, kita diskusikan apa yang ada di kelompok kita dan apa saja yang berkenan untuk kelompok lain," kata Sohibul dalam Ijtimak Ulama dan Tokoh Nasional di Menara Peninsula, Jakarta Barat, Jumat (27/7/2018).
Apalagi kondisi saat ini dia rasakan ada tuduhan terhadap kelompok Islam. Kelompok Islam diidentikkan dengan teroris, dan pemberi makna terorisme itu sendiri merupakan pihak di luar Islam. Islam sering dituduh Islam teroris, sementara makna teroris dimaknai orang di luar Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itulah kenapa PKS bertahan dengan Gerindra karena taktis ini harus kita pertahankan," kata Sohibul.
Dia berkeinginan memperjuangkan aspirasi umat Islam dengan cara merangkul partai-partai papan atas yang notabene partai nasionalis. "Alhamdulillah Pak Prabowo selaku nasionalis memiliki pemahaman baik tentang peran Islam, sehingga dialog yang diciptakan PKS bersama Gerindra itu terjadi, bisa dipahami, itulah kenapa PKS bisa bertahan dengan Gerindra," tuturnya.
Lewat Ijtimak Ulama ini, dia berharap muncul pemimpin nasionalis dan Islam. Maksudnya, ini berkaitan dengan formasi capres-cawapres yang akan diusung pada Pilpres 2019.
"Karena itu, saya titipkan, peserta Ijtimak, mari bersama-sama menuju konsensus untuk lahirnya capres-cawapres yang melahirkan pemimpin nasionalis dan Islam. Kita harus optimistis, 2019 kita insyaallah akan bisa cetak sejarah kedua setelah Pilkada DKI," kata Sohibul. (dnu/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini