Direktur Penindakan KPPU Gopperera Panggabean mengatakan setelah mendengar keluhan peternak, kenaikan harga ayam yang terjadi saat ini itu diakibatkan oleh faktor Day old Chicken (DOC) dan pakan.
"Beberapa informasi yang kami peroleh dari beberapa stakeholder banyak faktor yang menyebabkan kenaikan harga ayam. DOC dan pakan mengalami kenaikan harga," kata Gopperera usai melakukan sidak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenaikan harga pakan tinggi. DOC juga dari Rp 5.500 sekarang sudah Rp 7.400. Karena harga pakan 70 persen mempengaruhi terhadap harga produksi. Artinya, kalau harga pakan enggak turun, harga DOC enggak turun, (cost produksi) peternak tinggi," ungkapnya.
![]() |
Melihat harga pakan dan DOC naik, harus ada upaya untuk menurunkan harga pakan dan DOC hingga kembali normal. "Kalau tidak turun, ini (biaya produksi) akan tinggi. Peternak akan menjerit," ujarnya.
Selain, harga DOC naik. Kualitas DOC yang didistribusikan ke peternak kualitasnya menurun. Menurutnya, hal tersebut tergantung berat telor tetas yang berbeda-beda.
"Kualitas (standar) beratnya itu 40 gram. Artinya kalau di bawah itu kualitasnya sudah enggak bagus, dibandingkan yang 40 gram. Persoalannya pada saat si peternakan mau membeli DOC itu, yang pasokan 40 gram enggak dapat maka tak ada pilihan, dia (peternak) terpaksa mengambil (kurang dari 40 gram)," jelasnya.
Baca juga: Kementan Sebut Harga Daging Ayam Mulai Turun |
Jika kualitas DOC menurun, hal tersebut juga berdampak pada bertambahnya biaya produksi. "Pada saat kualitas DOC itu menurun, untuk perawatan itu agak berat, butuh pakan lebih banyak. Seharusnya 32 hari, menjadi 36 hari, itukan mempengaruhi buaya produksi ditingkat peternak," tuturnya.
ia menambahkan kenaikan harga ayam melambung tinggi terjadi baru kali ini. Pasalnya, harga ayam naik pasca lebaran, biasanya harga ayam naik sebelum lebaran.
"Kejadian saat ini sangat luar biasa, sampai ada harga Rp 40-45 ribu. Kita juga curiga, apakah ada yang memainkan harga dari level peternak sampai ke tingkat konsumen. Kenaikan harga biasanya terjadi pada saat hari raya, tapi masih dalam batas toleransi, (kenaikan) ini malah terjadinya setelah lebaran," ujarnya.
![]() |
Sementara itu salahseorang peternak Sadikin mengatakan menurunnya kualitas DOC menyebabkan banyak ayam mati dan tumbuh tidak normal atau kerdil.
"Biasanya panen, umpamanya 30 ton lebih, ini paling cuman 20 ton. Berkurang jumlahnya, karena DOC-nya jelek," jelasnya.
Ia menambahkan, kenaikan harga ayam di pasaran tidak mempengaruhi harga ayam di peternakan. Pasalnya, biaya produksi pun ikut naik.
"Sekarang harga menjadi Rp 21 ribu per kilogram. Harga naik, costnya juga naik. Jadi ga ada untung," tambahnya. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini