"Bapak Presiden mengatakan kita ini negara anggota G-20, kita sudah waktunya banyak memberikan kontribusi," kata Retno dalam Blak-blakan di detikcom, yang tayang pada Kamis (26/7/2018).
Selama ini, sejumlah kementerian, seperti Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian, memiliki dana-dana untuk aksi kemanusiaan ataupun pelatihan-pelatihan. Agar tidak terserak dan penggunaannya tidak tumpang-tindih, ada baiknya dana-dana itu dihimpun menjadi satu. Tapi tujuan utamanya satu, yakni sebagai diplomasi kemanusiaan Indonesia.
"Mungkin namanya semacam Indonesia Aids atau apa masih dalam pembahasan bersama beberapa kementerian terkait. Mudah-mudahan akhir tahun ini semuanya sudah jalan," kata Retno.
Soal target besaran dana abadi yang bakal dihimpun, dia juga belum memastikan. Hanya, keberadaan save money atau dana abadi itu tak akan mengurangi spontanitas warga untuk tetap bergerak menghimpun dana sukarela seperti yang terjadi selama ini.
Di sisi lain, Retno menilai aktivitas lembaga-lembaga swadaya masyarakat dalam diplomasi kemanusiaan sudah berjalan dengan sangat baik. Mereka bekerja tanpa menonjolkan kepentingan kelompok, melainkan murni membawa kepentingan Merah Putih.
Ia mencontohkan, saat membantu para pengungsi Myanmar di Bangladesh, semua LSM bahu-membahu bekerja tanpa menonjolkan asal-usulnya.
"Saya sangat senang sekali teman-teman NGO ini tidak menonjolkan kelompoknya masing-masing, tetapi adalah bagaimana kita membantu masalah kemanusiaan dan yang dikibarkan adalah bendera Indonesia," kata Retno.
Tonton juga video: 'Kemenlu Perjuangkan Dua TKI yang Dihukum Mati'
(jat/jat)