Kisah Muntiah, Perempuan Difabel Buruh Serabutan di Kudus

Kisah Muntiah, Perempuan Difabel Buruh Serabutan di Kudus

Akrom Hazami - detikNews
Kamis, 26 Jul 2018 16:50 WIB
Muntiah saat bekerja membungkus kopi. Foto: Akrom Hazami/detikcom
Kudus - Di tengah keterbatasan fisiknya, perempuan ini mampu memaksimalkan semua energinya untuk giat bekerja. Mulai dari buruh pembungkus bubuk kopi, tukang permak, sampai memotong leher gelas air mineral.

Adalah Muntiah (40), asal Desa Gamong, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus yang kedua kakinya berukuran kecil.

Ditemui di tempat kerjanya sebagai pembungkus bubuk kopi sekitar 150 meter dari tempat tinggalnya, Kamis (26/7/2018), Muntiah menceritakan sekilas tentang hidupnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sini tempat kerja saya jadi buruh bungkus bubuk kopi," ucap Muntiah membuka percakapan kepada wartawan.

Di rumah seorang warga Desa Gamong inilah, Muntiah menghabiskan sebagian besar waktunya. Dia menjadi satu di antara dua tenaga pembungkus bubuk kopi yang ada di rumah Untung. Bubuk kopinya berasal dari Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati.

Perempuan kelahiran Kudus, 28 Januari 40 tahun lalu itu bekerja seharian penuh.

"Biasanya mulai bungkus bubuk kopi di rumah pak Untung dari jam 09.00 sampai jam 5 sore. Kadang sampai magrib juga. Capek tapi saya menikmati pekerjaan ini," ungkap sulung dari dua bersaudara kandung itu.

Menjadi buruh bungkus kopi bubuk ini dilakoninya sejak 2004 silam. Setidaknya dalam satu minggu dia bekerja selama empat hari. Dengan penghasilannya Rp 15 ribu sehari. Tenaganya terus dikerahkan agar bisa bekerja dengan baik. Seperti yang dilakoninya hari ini.

Muntiah, perempuan difabel buruh serabutan di KudusMuntiah, perempuan difabel buruh serabutan di Kudus Foto: Akrom Hazami/detikcom


Dia duduk lesehan sebisanya di dekat ember warna merah berisikan bubuk kopi. Kedua tangannya cekatan memasukkan sendok plastik berisikan kopi ke dalam plastik. Kemudian dia mengikatnya. Begitu seterusnya.

Tak ada waktu istirahat khusus selama bekerja. Kalau setiap saat merasa capek, Muntiah akan mencari tempat berbaring tak jauh dari tempat duduknya membungkus bubuk kopi. Selain jadi buruh pembungkus bubuk kopi, dia menjadi tenaga potong leher gelas bekas air mineral.

"Motongi bagian atas air mineral saya bisa dapat Rp 1.100 per kilonya. Enggak mestilah. Disambi, kok," ujarnya.

Dia juga memanfaatkan waktu senggangya untuk menjadi tukang permak celana. Kemampuan menjahit dari hasil belajar di Solo dia manfaatkan. Dia tak pernah sekalipun pasang tarif.

"Paling saya sampaikan ongkos beli barangnya. Misal beli resleting Rp 6 ribu, saya sampaikan ke pemilik celana harga apa adanya. Silakan diupah berapapun. Pasang dan ganti resleting celana, saya bisa diupah Rp 10 ribu," ungkapnya.

Muntiah dikenal sebagai orang yang gigih dalam bekerja. Tak sekalipun dia hiraukan keterbatasan fisiknya. Sebab, semua anggota tubuh selain kedua kaki, dalam kondisi normal.

Dia mengaku kondisi kakinya ini sudah dideritanya sejak berusia 1 tahun. Muntiah kecil hanya bisa merangkak. Suatu hari, seorang saudaranya menggendongnya. Tanpa sengaja, Muntiah kecil jatuh. "Badan saat itu tidak panas. Juga tidak ada yang aboh (bengkak). Tak lama kemudian ternyata kaki saya jadi begini (kelainan)," beber Muntiah.

Muntiah. Muntiah. Foto: Akrom Hazami/detikcom

Selama ini, dia telah mendapatkan bantuan beberapa kali berupa kursi roda. Yang pertama pada 1988, Departemen Sosial memberinya kursi roda yang tidak dilipat. Bantuan kedua, dia menerima kursi roda dari pihak pemerintah Kecamatan Kaliwungu sekitar dua tahun lalu. Kursi roda yang terakhir terus dipakainya beraktivitas. Seperti untuk keperluan pulang dan pergi dari rumah ke tempat bungkus bubuk kopi.

"Diam-diam saya juga ingin punya sepeda motor roda tiga. Bukan sepeda motor yang untuk niaga. Tapi sepeda motor biasa, tapi dimodifikasi. Lumayan bisa saya bawa beli resleting keperluan memermak celana atau lainnya. Selama ini saya minta antar adik, beli keperluan jahit dan sebagainya," pungkasnya.

Suyati, istri dari pemilik usaha bubuk kopi menuturkan, Muntiah adalah pekerja yang rajin. Bahkan dia melihat jika sosok Muntiah merupakan pekerja keras.

"Saya senang bisa ikut membantunya bekerja," kata Suyati. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads