"Jumlah itu belum ideal, semakin banyak semakin rapat lebih bagus," kata Teguh Rahayu Kepala BMKG Tangerang kepada wartawan di Jl Syekh Nawawi Al Bantani, Serang, Banten, Kamis (26/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap satu alarm ini, Teguh menuturkan dapat menjangkau sekitar 15 kilometer dari pesisir. Tapi, idealnya, sistem ini ada di seluruh pesisir yang ada di Banten.
"Ini diaktivasi jika ada gempa berpotensi tsunami. Makanya kami mengimbau warga untuk memelihara dan aware terhadap alat tersebut," katanya.
Di tempat yang sama, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Banten M Juhriyadi menambahkan, 3 alat early warning sistem memang kurang. Apalagi, panjang pantai seluruh Banten ada sekitar 500 kilometer.
"Masih dibutuhkan banyak sekali alat ini. Khususnya di pesisir yang padat penduduk, pesisir wisata dan pesisir industri," ujarnya.
Pihak BPBD juga sudah meminta kepada pemerintah pusat untuk membangun sistem ini. Ada 6 titik yang diusulkan ada penambahan alat khususnya di Anyer, Cilegon, Wanasalam, Panggarangan dan Bayah di Lebak.
Jalur evakuasi juga menurutnya sudah dibuat di sepanjang jalur tersebut. Termasuk ada dua shelter tsunami yaitu di Labuan dan Wanasalam dan dijaga oleh satgas setempat.
Tapi, kedua shelter tersebut belum bisa digunakan karena belum ada serah terima dari pihak bupati setempat. Di samping itu, satu shelter di Labuan juga terkendala karena masalah hukum.
"Nanti kita lakukan pemeliharaan kalau sudah jadi milik kita," katanya.
Tonton juga 'BPPT: Belum Ada Peneliti di Dunia Bisa Prediksi Gempa & Tsunami':
(bri/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini