"Kalau evaporasi (penguapan) bisa saja terlindung, kan evaporasi akibat sinar matahari yang langsung ke permukaan air. Nah, penguapan itu membawa aroma. Mengurangi (bau) mungkin iya, tapi ya seberapa besar? Kalau mengurangi tapi masih tercium, nggak efektif," tutur Prof Gadis saat berbincang dengan detikcom, Jumat (20/7/2018) malam.
Selain itu, kata Prof Gadis, dari segi estetika pun kurang bagus. Orang pasti akan bertanya-tanya mengapa sungai tersebut ditutupi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton juga video: 'Waring Dinilai Tak Efektif, Anies: Lihat Sini, Jangan di Ruang AC'
"Mestinya kalau ada sungai kan dinikmati keindahannya. (Tapi) karena ini mungkin karena ini darurat ya, ini salah satu cara untuk mengurangi. Kalau mengurangi penguapan jelas, tapi bisa juga aromanya tetap saja," kata Prof Gadis.
Limnologi adalah ilmu yang mempelajari tanah, sungai, danau, dan air tawar yang menggenang lainnya serta biota yang terkait di dalamnya. Namun Prof Gadis sendiri memang belum pernah secara khusus melakukan penelitian di Kali Item.
Menurut dia, hal paling efektif untuk menghilangkan bau, bahkan menjernihkan warna, sungai adalah mencari penyebab utama air sungai menjadi hitam dan bau. Prof Gadis menduga penyebabnya adalah limbah rumah tangga ataupun industri karena relatif tak tampak sampah yang menggenang.
"Normalnya air yang baik nggak sampai hitam, kalau sampai tercium bau biasanya karena perombakan bahan organik oleh bakteri dari aktivitas rumah tangga," tutur Prof Gadis.
Sungai Punya Cara Alami untuk Bersihkan Diri
Kondisi Kali Item di Kemayoran tampak mengerikan. Meski sama-sama berwarna hitam, kondisinya berbeda dengan air gambut di Kalimantan.
Prof Gadis mengatakan sebenarnya sungai punya cara alami untuk menjernihkan diri. Tentu saja dengan bantuan biota di sekitarnya.
"Sungai memiliki kemampuan memulihkan diri; dengan bakteri, tumbuhan. Hanya saja, kalau di sungai-sungai yang parah pasti tumbuhan nggak bisa tumbuh, alam secara alamiah nggak mampu memulihkan dirinya," kata Prof Gadis.
Selain pencemaran limbah yang sudah parah, rupanya normalisasi menggunakan beton sedikit-banyak berpengaruh dalam proses pemulihan diri oleh sungai. Tanaman menjadi tak dapat tumbuh secara alami.
"Kalau dibeton itu sebenarnya suatu teknik kemampuan mempurifikasi jadi hilang. Tumbuhan itu punya kemampuan untuk menjernihkan air, perairan, misalnya eceng gondok. Air yang terdapat eceng gondok biasanya lebih jernih," ujar dia.
Selain itu, ketika terdapat tumbuh-tumbuhan, perkembangan bakteri baik jauh lebih pesat. Bakteri baik memerlukan oksigen untuk hidup. Ada jenis bakteri yang mampu membuat air jadi bersih.
"Bukan berarti dibeton, artinya (naturalisasi) dikembalikan ke kondisi alam. Kalau sekarang kita istilahnya normalisasi. Selama tak menjadi banjir atau erosi (tak perlu memakai beton), perlu diperkuat, memperkuat dinding sungai atau kali pakai beronjong lebih baik atau pakai anyaman bambu lebih bagus," papar Prof Gadis.
Teknologi untuk Memulihkan Kali Item
Selain menutup dengan waring, Pemprov DKI Jakarta memakai aerator dan nano bubble untuk memulihkan Kali Item. Prof Gadis memandang ini bisa saja efektif.
"Aerator, nano bubble bisa saja, cuma seberapa besar dipasangnya? Kandungan pencemarannya kan tinggi. Nano bubble itu kan memberikan oksigen, supaya bakteri yang bisa memulihkan air itu hidup, jadi lebih banyak daripada bakteri yang menyebabkan bau busuk, makanya nano bubble fungsinya menambah oksigen," tutur Prof Gadis.
Sementara itu, bakteri penyebab bau busuk tak memerlukan oksigen untuk hidup, sehingga bisa berkembang pesat dalam air yang tercemar limbah.
Selain itu, ada teknologi berupa reverse osmosis. Namun alat tersebut terlalu mahal jika digunakan untuk memulihkan sungai.
"Reverse osmosis itu menurut saya bisa, kalau di PAM pakai beberapa tahapan, diendapkan dulu sesudah kolam itu kemudian diberi bahan kimia supaya terjadi koagulasi," kata dia.
Selanjutnya dalam proses reverse osmosis, perlu dilanjutkan ke beberapa tahapan hingga airnya jernih. Prosesnya pun tak sederhana.
Untuk saat ini, menurut Prof Gadis, nano bubble cukup efektif. Namun jangan mengandalkan itu saja.
Setelah air sedikit lebih jernih, ekosistem sungai harus dihidupkan kembali. Proses pemulihan sungai secara alami jauh lebih baik.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini