"Rabu malam jam 9 (malam, waktu Korea) dia kecelakaan. Kalau waktu di sini jam 19.00 WIB, selisih dua jam," kata Sumarsih (43), ibu kandung Wiwit saat ditemui wartawan di rumahnya, RT 06, Dusun Jalakan, Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Bantul, Jumat (20/7/2018).
Sumarsih menjelaskan, sebelum anaknya meninggal dia masih sempat berkomunikasi via aplikasi Whatsapp. Namun selang beberapa saat percakapannya terputus dan Wiwit tidak merespon pesan singkatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekhawatiran Sumarsih ternyata benar, beberapa saat kemudian dia kedatangan tamu yang mengaku sebagai orangtua rekan kerja Wiwit di Korea Selatan. Tamu tersebut memberitahukan bahwa Wiwit meninggal karena kecelakaan kerja.
"Saya nggak yakin dapat kabar kayak gitu. Masak habis WA kok meninggal," ucapnya.
Namun kabar tersebut ternyata benar. Setelahnya datang pengurus Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Bina Insani Group Yogyakarta, mereka memberitahukan bahwa Wiwit meninggal dunia.
"Terus Pak Carik, Pak Dukuh, juga sudah dihubungi, dikasih kabar kalau anak saya sudah meninggal. Malam itu (pengurus kampung) langsung ke sini," jelasnya.
Wiwit sendiri sudah dua tahun bekerja di perusahaan manufaktur bagian operator las di Korea Selatan. Hingga kini keluarga Sumarsih tidak mengetahui kapan jenazah anaknya sampai kampung halaman.
"Mungkin malam minggu (jenazah sampai rumah duka). Tapi kabarnya memang anak saya kecelakaan sendiri, bukan karena ada orang yang menyalahi (mencelakai)," pungkas dia. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini