Mbah Marinem bukan warga setempat dan tidak memiliki saudara di desa setempat. Rumah seadanya yang dihuni sekarang ini dulunya dibangunkan warga setempat di lahan milik salah satu warga. Di sekitarnya ditumbuhi rumpun-rumpun bambu.
Di dalam rumah, hanya ada tempat tidur seadanya dan barang-barang usang yang berserak. Rumah tersebut terasa penggap, gelap dan bau pesing karena kondisi Mbah Marinem yang sakit-sakitan dan sering buang air di dalam rumah.
![]() |
"Niki awake lara. Rasane adhem, ora duwe tunggal (Badannya sakit. Rasanya dingin, tidak punya saudara)," kata Mbah Marinem saat detikcom mengunjunginya, Kamis (19/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada diungkapkan, Giyem (50), warga setempat. Menurutnya, warga sangat perhatian sekali dengan kehidupan Mbah Marinem yang sebatang kara tanpa sanak saudara. "Ada jadwal bergantian memberikan makan dan minuman kepada Mbah Marinem," tuturnya.
![]() |
Kepala Dusun Krajan Kidul, Zaenuri mengatakan, pihaknya pernah berusaha mencari sanak kerabat Mbah Marinem, namun sejauh ini tidak pernah membuahkan hasil.
Terpisah, Kepala Desa Sumberejo, Salim Riyanto, memaparkan, Mbah Marinem datang ke dusun tersebut menempati sebuah gubuk, lalu oleh warga dibuat rumah kecil yang kondisinya layak. Namun rumah itupun kini sudah mengalami kerusakan termakan usia.
Dulu Mbah Marinem sering mencari makan dengan meminta-minta di Kota Salatiga, namun seiring usia kini dia tak lagi bisa kemana-mana sehingga sepenuhnya ditanggung warga secara bergiliran.
![]() |
Pemerintah desa pernah berinisiatif mengirim Mbah Marinem ke panti jompo. Namun Mbah Marinem bertekad ingin menutup mata di dusun tersebut.
"Pihak panti jompo juga mensyaratkan warga yang diterima harus yang masih bisa makan dan mandi sendiri. Sedangkan Mbah Marinem kadang-kadang sudah tidak bisa apa-apa. Selain itu Mbah Marinem juga mangaku tidak betah hidup di panti, sehingga tidak diterima," ujarnya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini