Terkait hal ini, Sekretaris Umum Persaudaraan Alumni 212 Ustaz Bernard Abdul Jabbar mengatakan pada dasarnya itu hak politik dan urusan pribadi Kapitra. Namun Bernard atas nama PA 212 mengaku kecewa berat atas langkah yang diambil Kapitra.
"Kalau dia punya keinginan begitu, bagi dia fine-fine saja. Kayak Ustaz Yusuf Supendi, yang juga lari ke PDIP. Itu hak dia. Tapi secara pribadi, itu bukan jadi domain kita," kata Bernard saat dihubungi, Rabu (18/7/2018) malam.
"Tapi secara organisasi, kalau dia jadi Alumni 212 sangat disayangkan sekali kalau beliau kemudian mau menerima tawaran PDIP walaupun dengan syarat bla-bla-bla.... Karena syarat perjuangan kan concern untuk kemudian menenggelamkan partai pendukung penista agama, termasuk salah satunya PDIP, yang selama ini tak berpihak pada umat Islam," sambung Bernard.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Drama Berliku Kapitra Ampera Jadi Caleg PDIP |
"Ya omong kosong kalau dia masuk PDIP lalu kemudian mengubah keislaman, nggak ada itu aturannya. Partai kan beda dengan apa yang kita maui. Bisa jadi dirinya ingin mewarnai tapi terwarnai. Kalau saya sendiri berpendapat, selama itu urusan pribadi, terserah. Tapi kalau diserahkan, misal dari PA 212, GNPF, ini tak jadi sesuatu yang etis dengan bergabung ke PDIP. Sementara partai lain masih banyak yang jelas platform keislamannya," ujar dia.
Bernard mengatakan, soal larangan masuk 'partai penista agama', hal itu sudah dijelaskan di Rakornas PA 212. Dia berharap Kapitra mundur dari pencalegan PDIP.
"Bapak Kapitra tak usah calonkan diri atau dicalonkan. Sebaiknya mundur, konsentrasi pada bela Islam lainnya. Kalaupun mau masuk partai carilah partai yang pendukung agama, Aksi Bela Islam itu," tuturnya.
(jbr/fdu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini