Tri Rismaharini hadir sebagai pembicara dalam pertemuan Asosiasi Badan Pemeriksa Keuangan Sedunia (INTOSAI) Working Group on Environmental Auditing (WGEA) di The Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, Selasa (17/7/2018).
Dalam pemaparannya, wanita yang akrab disapa Risma itu menyampaikan berbagai program terkait penataan lingkungan di daerahnya. Mulai dari penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) hingga penataan kampung kumuh menjadi indah dan nyaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kita juga bebaskan (lahan) sekitar TPA (tempat pembuangan akhir). Kita rencana 34 hektar tapi baru berhasil bebaskan 17 hektar. Ada cara juga lahan pemerintah kota belum diplotting(untuk lahan) hijau, kita plotting untuk taman. Karena memang permintaan warga," ujarnya.
Kemudian pihaknya juga sangat serius menata perkampungan. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kehidupan perkampungan. Apalagi, kata dia, hampir 50 persen wilayah Surabaya merupakan perkampungan.
"(Surabaya) 50 persen kampung. Dipertahankan kampung itu, (ditata) sudah enggak kumuh lagi. Kita fasilitasi salurannya. Kita pertahankan kehidupan (di kampung) karena gotong royong ada di situ," ujarnya.
Tidak sampai disitu, Risma juga memperbanyak kawasan bebas kendaraan atau Car Free Day (CFD). Dari awalnya hanya satu, kini jumlahnya menjadi delapan titik. Hal itu diharapkan memberi dampak positif untuk meningkatkan kualitas udara di Surabaya.
"2008 itu dulu (CFD) satu sekarang ada delapan," ujarnya.
Melalui berbagai langkah yang dilakukannya, kondisi Kota Surabaya diklaim sudah semakin baik. Bahkan dia juga mendapat penghargaan Lee Kuan Yew City Prize kategori special mentions di Singapura. (mso/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini