Awal bulan ini, misalnya, Lucky Hakim disebut menerima uang panjar untuk berpindah dari Partai Amanat Nasional ke Partai NasDem. Ketua DPP PAN Yandri Susanto menyebut Lucky berpindah lantaran diiming-imingi uang muka sebesar Rp 2 miliar sebagai dana konsolidasi. "Panjarnya menurut Lucky Rp 2 M," ucap Yandri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Okky Asokawati, politikus yang memutuskan berpindah dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke Partai Nasional Demokrat (NasDem), disebut memiliki 'nilai transfer' Rp 10 miliar. Okky membantah kabar tersebut.
Dia mengaku tak tahu asal-muasal kabar tersebut. Ia menegaskan perpindahan politikus dari satu partai ke partai lain tidaklah sama dengan transfer pemain bola dari satu klub ke klub lain. "Misalnya, seperti pindahnya Ronaldo dari Real Madrid ke Juventus," kata Okky saat berbincang dengan detikcom, Senin (16/7/2018).
"Hijrahnya politisi ke partai lain karena ide dan gagasan yang dibawanya," lanjutnya.
Sekretaris Jenderal Partai NasDem Johnny G Plate mengatakan, asalkan tak melanggar undang-undang, perpindahan politikus dari satu partai ke partai lain adalah hal biasa. Sepanjang memenuhi persyaratan, NasDem juga akan menerima jika ada politikus partai lain yang ingin pindah bergabung.
Johnny membantah bahwa NasDem akan memberikan 'nilai transfer' terhadap politikus yang mau bergabung. Sebab, selama ini partainya selalu menerapkan politik tanpa mahar. Kader-kader potensial yang maju sebagai calon kepala daerah ataupun kandidat anggota legislatif tak akan dimintai uang mahar.
"Kami tidak pernah menarik (biaya) saat penerimaan calon kepala daerah. Kemudian ada orang bilang kami membayar orang yang baru bergabung, itu masuk akal nggak," kata Johnny.
Dia pun menyebut kabar NasDem memberikan 'nilai transfer' untuk politikus yang mau bergabung merupakan isu sampah yang tak bermanfaat dan bisa merusak sistem politik. "Kalau terus ditanggapi akan membuang-buang energi," kata dia. (erd/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini