Pria yang akrab disapa Emil itu curhat melalui akun instagram pribadinya @ridwankamil mengenai anak bungsunya, Camillia Laetitia Azzahra, yang terdepak dari salah satu SMPN favorit di Kota Bandung.
"Zara (Azzahra), anak perempuan saya, NEM-nya bagus dan mendaftar ke SMPN 2 Bandung. Namun ia tidak diterima karena tergeser oleh kuota sistem zonasi PPDB Kota Bandung versi awal, sebelum yang sekarang," tulis Emil dalam postingannya beberapa jam lalu, Rabu (11/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun setelah saya terangkan perlahan, bahwa itu adalah sebuah peraturan yang harus kita hormati. Dan hidup yang mulia adalah hidup yang taat aturan dan syariat, akhirnya ia berhenti menangis dan mencoba paham," lanjut Emil dalam postingannya.
Tonton juga 'Sistem PPDB Zonasi Diterapkan, Mendikbud Minta Pemda Patuh':
Selama proses itu Emil mengaku banyak menerima pertanyaan mengapa tidak sebagai Wali Kota Bandung yang seharusnya memiliki kuasa untuk memasukkan anaknya ke sekolah yang dituju tidak dimanfaatkannya.
Setelah berdiskusi dengan sang istri, Atalia Praratya, Emil tetap teguh pendirian dengan tidak memanfaatkan jabatan. Sebab jika ia melakukannya sama saja dengan melanggar aturan secara diam-diam.
"Nilai hidup apa yang akan menempel seumur hidupnya Zara, jika ia kami paksa masuk dengan cara yang tidak baik. Maka Ia akan meyakini bahwa berbohong itu boleh demi sebuah tujuan. Nauzubillah," katanya.
Hingga akhirnya sang putri bisa menyesuaikan diri dengan masuk ke salah satu SMP swasta di Kota Bandung karena tak diterima di SMPN 2 Bandung.
"Semoga ini menjadi hikmah, bahwa mungkin kita tidak menyukai sebuah aturan yg membuat kita di pihak yang kalah. Namun aturan tetaplah aturan. Mari kita hormati. Kesuksesan tidak selalu harus dengan bersekolah di negeri. Kesuksesan datang dari bagaimana kita berdamai dengan takdir menyiasatinya dengan ikhtiar dan doa. Hatur Nuhun," tulis Emil dalam postingannya.
Pantauan detikcom hingga Rabu siang pukul 13.05 WIB, postingan Emil itu sudah mendapa 206.138 like dan 12.010 komentar. Beragam komentar bermunculan, ada yang sependapat, ada juga yang tetap tidak setuju dengan sistem zonasi ini.
"Sama pa kecewa pada sistem zonasi, kembalikan lgi kpd aturan mencari sekolah yg favorite agar anak makin terpacu belajar dan nilai bagus, jgn biarkan anak terluka karena sistem dan kecewa dgn perjuangan belajar selama bertahun2 untuk mendapat nilai bagus yg akhir nya dikalahkan dgn sistem zonasi, jgn biarkan anak2 mengeluarkan kata2 percuma sekolah berthn2 ingin dapat nilai yg memuaskan dan akhirnya tdk puas krn yg dicita2kan terkalahkan oleh sistem, kasihan pa anak2 yg benar2 pintar terkalahkan dgn anak2 yg pas2an, seperti bpk bisa bayar di sekolah swasta yg bagus dan mahal, coba klw anak2 yg pinter itu dari keluarga yg pas2an dan tdk punya yg namanya KIP tw SKTM," tulis akun sulastripitoyo.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini