Dia juga pendiri kelompok WhatsApp rahasia yang membantu ratusan perempuan di Brasil menggugurkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Brasil memiliki salah satu hukum aborsi yang paling ketat di dunia, sehingga sulit bagi perempuan untuk melakukan aborsi bahkan ketika mereka adalah korban perkosaan. Hukum negara itu tetap tidak mengizinkan pengguguran.
Tetapi lewat kelompok WhatsApp, perempuan dapat membeli, secara gelap, obat aborsi sama seperti yang digunakan rumah sakit.
- Sarankan kekasihnya untuk aborsi, politisi anti-aborsi mundur dari kongres
- Kisah perempuan Rohingya 'yang disekap dan diperkosa berkali-kali oleh tentara Myanmar'
- Anak 10 tahun dilarang aborsi walau hamil akibat diperkosa
Abigail dan tiga perempuan muda lainnya - tidak satu pun dari mereka memiliki latar belakang kedokteran - membantu mereka menjalani seluruh proses, sering kali lewat pertukaran pesan tulis dan audio menit per menit sementara mereka merasakan rasa sakit dan penderitaan aborsi.
Kelompok ini mengetahui mereka telah melanggar hukum dan membahayakan kebebasan mereka sendiri.
Tetapi tanpa bantuan, mereka mengatakan, para perempuan muda ini akan menghadapi risiko yang lebih besar di klinik aborsi gelap.
Menurut Kementerian Kesehatan, paling tidak empat perempuan meninggal setiap harinya di Brasil karena komplikasi aborsi yang tidak aman.
Jumlah aborsi gelap diperkirakan 500.000 setiap tahun, setengahnya harus dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit.
Tempat aman
Saya diam-diam bergabung dalam kelompok WhatsApp, berpura-pura menjadi seorang perempuan hamil yang berusaha aborsi.
Selama lima bulan ke depan, saya mengikuti pembicaraan sebelum menghubungi pendiri kelompok dan memberitahu jati diri saya sebagai wartawan BBC.
Saat ini terdapat 80 perempuan di kelompok, yang berarti sekitar 20 orang baru bergabung setiap bulannya. Yang lainnya meninggalkan kelompok setelah selesai menggugurkan bayinya.
- Korban pemerkosaan berusia 10 tahun di India diizinkan aborsi
- Dilarang aborsi, bocah 10 tahun korban perkosaan di India lahirkan bayi
- Terkait 'aborsi,' AS hentikan bantuan ke lembaga PBB
Kadang-kadang, ada juga yang memutuskan melahirkan anaknya. Kebanyakan pengguna di bawah umur. Kelompok ini menjadi tempat aman di mana perempuan menemukan pertolongan dan dukungan.
Salah satu pengurusnya memperkirakan dalam tiga tahun, mereka telah membantu 300 perempuan melakukan aborsi.
"Kadang-kadang saya masih berpikir untuk berhenti, tetapi ketika saya menyaksikan seorang perempuan memiliki kesempatan yang tidak saya punyai, saya menjadi merasa lebih baik," kata Abigail kepada BBC.
"Saya ingin melihat perempuan dapat melanjutkan (kehidupan mereka)".
Diperkosa dan disisihkanSCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abigail mengatakan dirinya berusia 19 tahun ketika seorang polisi menculik dan memperkosanya.
Karena trauma, dia hanya berbaring di tempat tidur temannya selama dua minggu sampai dirinya merasa cukup kuat untuk mencoba melaporkan kejahatan tersebut ke polisi.
Tetapi di kantor polisi yang menangani kejahatan terhadap perempuan, para penyelidik membuatnya untuk tidak melaporkan pelanggaran hukum tersebut.
- Tanggapi Trump, Belanda akan galang dana untuk aborsi
- 'Hotline' bagi perempuan yang membutuhkan layanan aborsi aman
- Mengurangi praktik aborsi tidak aman lewat layanan hotline
"Saya disuruh keluar. Ketika saya mendatangi kantor polisi perempuan, saya terluka dan masih harus menghadapi berbagai bentuk tindakan yang memalukan," katanya.
"Ketika saya mengatakan kepada komandan polisi nama pria yang memperkosa saya, dia mengatakan dirinya tidak bisa membantu saya."
Tiga bulan kemudian, Abigail menemukan dirinya hamil.
"Setelah saya diperkosa, saya depresi. Saya beberapa kali berusaha membunuh diri. Tetapi kemudian saya berpikir, paling tidak saya masih hidup. Saya akan mengejar mimpi dan semua hal akan menjadi lebih baik."
"Kemudian saya menyadari diri saya hamil, dan sepertinya kehidupan sudah berakhir."
Tidak ada pilihan

Begitu menggabungkan diri ke kelompok ini, mereka dapat membeli obat aborsi yang kemudian dikirim lewat pos. (BBC)
Dia ingin mengakhiri kehamilannya dan meminta bantuan rumah sakit. Hukum Brasil mengizinkan aborsi karena perkosaan, janin dengan kelainan otak atau karena kehamilan berisiko terhadap kehidupan ibu.
Hukum tersebut mewajibkan perempuan untuk melaporkan kejahatan kepada polisi, tetapi banyak rumah sakit juga mewajibkan laporan polisi sebelum mereka setuju melakukan aborsi.
"Mereka meminta laporan polisi dan saya tidak memilikinya," kata Abigail.
- Alami keguguran, perempuan di Amerika Latin malah dipenjara 15 tahun
- Perempuan Polandia mogok kerja menentang larangan total aborsi
- Penelitian tentang aborsi: 25% kehamilan digugurkan
Dia mengatakan saat itu dia tidak banyak mengetahui hak-haknya.
"Saya dalam keadaan rapuh. Saya tidak memiliki cukup kekuatan untuk mempertanyakan apa yang mereka katakan."
Anak laki-lakinya dilahirkan dan sekarang telah berumur empat tahun. Abigail mengatakan sebagai "ibu tidak menikah" dia masih didiskriminasi.
Tonton juga 'Telanjang Dada, Perempuan Brasil Demo Tuntut Kebijakan Larangan Aborsi':
"Kebanyakan orang tidak mengetahui (perkosaan yang saya alami) sehingga mereka berpikir saya tidak mengetahui siapa ayah anakku."
"Saya mencintai anak laki-laki saya. Tetapi kehamilan bukanlah hal yang saya inginkan. Menjadi ibu bukanlah sesuatu yang saya maui. Ini sama sekali mengubah kehidupan saya."
"Sebelumnya saya merasa memiliki seluruh kehidupan masa depan dan hal itu direnggut dari saya."
'Tidak adil'
Kelompok ini, katanya, adalah cara untuk membantu perempuan yang tidak memiliki pilihan untuk mendapatkan aborsi aman di rumah sakit karena ketatnya hukum aborsi Brasil.
Dia mengatakan dirinya menginginkan para perempuan tidak mencari klinik aborsi gelap, yang kadang-kadang ceroboh, atau melakukan aborsi sendiri.
"Saya pikir tidaklah adil bagi perempuan untuk dipaksa melakukan ini, apapun alasannya mereka tidak menginginkan anaknya."
Jika dirinya dan teman-temannya tertangkap, mereka dapat dipenjara maksimal lima tahun karena membantu aborsi meskipun dengan persetujuan perempuan hamil.
"Akan muncul sejumlah dakwaan lain terkait dengan penjualan tablet gelap dan pembentukan kelompok penjahat.
"Kemungkinan suatu hari nanti mereka (polisi) akan menciduk saya," katanya.
"Saya berharap diperlukan waktu yang lama. Saya berharap itu tidak akan pernah terjadi. Sayangnya jika itu memang terjadi, saya kemungkinan tidak akan begitu senang dipenjara."