Cerita Penjajah Silap Mata di Kampung Retro Sukabumi

Cerita Penjajah Silap Mata di Kampung Retro Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikNews
Senin, 09 Jul 2018 11:09 WIB
Kampung Retro di Sukabumi, Jawa Barat. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Sukabumi - Permukiman penduduk di kawasan ini berjuluk Kampung Retro. Letaknya di Kampung Cijarian Pandai, Desa Cipetir, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sejumlah bangunan yang ditinggali penduduknya masih dipertahankan dengan sentuhan arsitektur bergaya klasik.


Ada keajaiban di balik eksotiknya perkampungan yang berada di area perbukitan tersebut. Ini tentang kisah penjajah dan para perompak yang silap mata saat mencari titik perkampungan yang dijadikan tempat persembunyian para pejuang.

"Dulu di kampung ini ada pondok pesantren, santrinya warga sekitar, ada juga warga luar. Perkampungan ini aman dari serangan penjajah dan perompak yang biasa mencari upeti atau rampasan, karena setiap mereka yang berniat jahat kalau lihat kampung ini kelihatannya seperti area kebun salak," kata Imas, warga setempat yang juga Sekretaris Desa (Sekdes) Cipetir, Senin (9/7/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cerita Penjajah Silap Mata di Kampung Retro SukabumiAbah Hamid (97). (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Kampung Retro berada di area sawah dan hutan. Untuk menuju ke kampung ini harus melalui jalan desa tembusan ke jalan utama Cisaat-Kadudampit.

"Dulu banyak orang sakti di sini, warga berprofesi sebagai pandai besi. Makanya kampung ini disebut Kampung Cijarian Pandai. Banyak yang datang ke sini untuk membuat golok, pedang, hingga perkakas rumah," tutur Imas.

Rahasia kampung tersebut terdeteksi setelah sejumlah penghianat membocorkan letak permukiman kepada penjajah. Mereka yang memang mencari para pejuang yang singgah usai berjuang di Yogyakarta, datang dengan penuh amarah dan membakar tiga rumah di perkampungan tersebut.

Cerita Penjajah Silap Mata di Kampung Retro SukabumiMasjid Al Munawaroh di Kampung Retro Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Abah Hamid (97) adalah saksi mata dari kisah itu. Dia melihat dengan mata kepalanya saat pasukan Belanda berkeliling mencari pejuang yang bersembunyi di rumah-rumah warga. Ajaibnya tidak ada satupun pejuang yang tertangkap, begitu juga dengan senjata dan pakaian yang tersembunyi dengan di mimbar masjid.

"Pejuang menyamar jadi warga, senjata dan pakaian disembunyikan di mimbar masjid Al Munawaroh. Pasukan Belanda marah karena tidak melihat satupun pejuang saat itu, mereka langsung membakar tiga rumah milik warga lalu pergi," kata Hamid.

Para pejuang berhasil lolos dari kejaran Belanda, masjid Al Munawaroh yang dijadikan gudang senjata masih terjaga bangunannya hingga kini. "Masjid hanya satu kali di rehab, bentuk dan posisinya masih sama seperti dulu. Belum banyak berubah, begitu juga rumah-rumah warga masih terjaga keasliannya sampai hari ini," tutur Hamid. (bbn/bbn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads