Dibanding Jakarta, Harga Makanan di Malang Bikin Syok karena Murah

Biaya Hidup Mahasiswa

Dibanding Jakarta, Harga Makanan di Malang Bikin Syok karena Murah

M Aminudin - detikNews
Senin, 09 Jul 2018 10:09 WIB
Kampus Universitas Brawijaya (Aminudin/detikcom)
Malang - Besaran biaya hidup yang dibutuhkan ketika kuliah bergantung pada individu masing-masing. Seperti halnya di Malang, kebutuhan bisa melambung tinggi ketika memilih tempat kos dan konsumsi yang mahal.

"Nggak tentu sih. Kadang Rp 1,3 juta, kadang lebih. Tapi seboros-borosnya paling Rp 1,5 juta sudah paling mahal. Tapi balik lagi ke orangnya sih. Life style tiap orang kan beda-beda, ya. Pokoknya secara umum biaya hidup di Kota Malang itu terjangkau banget buat kantong mahasiswa," ujar mahasiswi asal Jakarta, Hanifa Karina, yang tengah berkuliah di Universitas Brawijaya, kepada detikcom, Senin (9/7/2018).

Hanifa mengambil Fakultas Peternakan dan kini sudah semester VIII. Bagi dia, saat awal tinggal di Malang sempat kaget. Lantaran harga makanan jauh lebih murah dibanding Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena kota asal saya di Jakarta, pas pertama kali tinggal di Malang agak shock juga sih. Soalnya di Malang harga makanan termasuk jauh lebih murah dibanding di Jakarta. Terus kalau biaya kos sebenarnya relatif sih, mau cari yang murah sampai mahal ada. Kalau saya, karena kosannya lumayan jauh dari kampus, jadi termasuk murah. Kalau cari dekat kampus rata-rata Rp 800 sampai Rp 1 jutaan per bulan," tuturnya.

Hanifa memiliki alasan memilih tempat kos lebih jauh dari Universitas Brawijaya. Harganya terjangkau dan ukuran kamar lebih luas. Namun tetap saja ada kompensasi, dia harus menumpang teman kuliah atau memanfaatkan ojek online untuk berangkat ke kampusnya.

"Karena nggak boleh (bawa) kendaraan sama orang tua, sering pakai ojek online. Kalau tidak, numpang teman. Harga kos saya Rp 650 ribu dengan fasilitas kamar mandi luar, dapat fasilitas dapur ada kompor, kulkas, dispenser (airnya diisi ulang sama yang punya kosan), sama Wi-Fi, include ketika kita bawa setrika, TV, dan rice cooker. Kalau dekat kampus populasinya padat banget. Permukiman di gang sempit gitu dan berisik. Saya pribadi pilih jauh dari kampus juga supaya suasananya tenang. Jadi enak buat belajar. Nggak bising," bebernya.

Beda dengan Eva Nurhidayah. Mahasiswi semester III di Universitas Brawijaya juga ini memilih tinggal dengan mengontrak rumah yang berada di Jalan Watugong, cukup dekat dengan kampus. Dulu, sebelum kontrak, Eva banyak menghabiskan uang bulanan, terutama untuk biaya makan serta bayar kos.

"Awal dulu, karena masih baru, saya dapat kos dicarikan kakak kelas. Biayanya lebih mahal dari sekarang, belum juga untuk membeli bahan dapur atau makan. Akan semakin boros ketika banyak mengikuti kegiatan di kampus, riset, BEM, dan lain-lain," ungkapnya terpisah.

Kini Eva lebih nyaman tinggal dengan mengontrak rumah. Ada kebersamaan dan menyesuaikan uang saku yang dimiliki dalam satu bulan. Dari orang tua, Eva hanya diberi Rp 500 ribu per bulan. Beruntung dia, kakak kandungnya mengirim uang saku dengan nominal sama, jadi totalnya Rp 1 juta.

"Harga kontrakan Rp 24 juta per tahun, dibagi semua penghuni, ada 18 orang. Ada iuran untuk kebutuhan dapur yang dikoordinir. Paling mahal sebesar Rp 120 ribu per bulan," beber mahasiswi asal Lamongan ini.

Giliran memasak diberlakukan di kontrakan Eva. Dalam satu piket, yang bertugas memasak 3-5 mahasiswa. Kendati demikian, berada di sana menyenangkan bagi Eva dkk karena rasa kebersamaan dan peduli satu sama lain.

"Kalau di kos individual banget. Kita kadang tidak kenal dengan tetangga kamar. Kalau kontrak, ada kepedulian, tidak takut lupa jadwal, selalu ada yang mengingatkan. Saling membantu, kita seperti hidup dalam satu keluarga," tuturnya.

Eva mengaku hanya menerima uang saku Rp 500 ribu setiap bulan dari orang tuanya. Kepedulian kakak kandungnya dengan menambah biaya saku dengan jumlah yang sama sedikit menambah kemampuan keuangan Eva untuk hidup sebulan. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads