Dengan penerapan tersebut, beberapa warga di daerah pinggir kota khawatir siswa berpotensi tidak dapat meningkatkan prestasi. Sebab, sekolah yang selama ini dinilai favorit kebanyakan terletak di tengah kota.
Misalnya di SMPN 6 Surakarta yang terletak di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon. SMP berkualitas menengah yang pernah diterjang banjir tahun 2016 tersebut hari ini menjadi pilihan utama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengaku sedikit kecewa dengan penerapan zonasi. Dia menilai terdapat perbedaan fasilitas sekolah yang cukup timpang antara sekolah yang selama ini dianggap favorit dengan yang tidak favorit.
"Anak kan sudah planning mau sekolah di sana agar berprestasi, fasilitasnya lebih baik, kegiatan ekstrakurikulernya juga lebih banyak," katanya.
Orang tua murid lainnya, Pramono, juga memiliki pendapat serupa. Namun dia tidak menampik terdapat hal-hal positif yang diperoleh dengan adanya sistem zonasi.
"Dengan jarak yang dekat ini, anak kan tidak perlu naik motor, kalau ada apa-apa juga dekat," ujar Joko.
Sementara itu, Ketua Panitia PPDB SMPN 6 Surakarta, Rusmiyati, mengatakan sekolahnya dibanjiri pendaftar di hari pertama ini. Penyebabnya tidak lain karena adanya sistem zonasi.
"Tahun kemarin itu hari pertama paling ada 50 pendaftar, sekarang 175 pendaftar. Dengan adanya zonasi kan anak lebih cepat menentukan sekolah, karena pilihannya terbatas," katanya.
Sistem zonasi ini, menurutnya membuat persebaran siswa semakin merata. Hal ini menjadi kesempatan sekolah-sekolah meningkatkan kualitasnya.
"Seperti sekolah kami kan kualitasnya menengah. Dengan masuknya siswa-siswa berprestasi, tentu harapan kami bisa semakin bersaing dengan sekolah lain," ujarnya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini