"Kalau (laporan) kehilangan kayaknya enggak, karena jarang banget orang punya buaya, buaya kan cenderung galak dan liar kalau misal lepas dan bikin laporan kayaknya nggak, karena kan pasti dia yang di salahin. Jadi kasarnya si pribadi itu diam-diam saja," kata aktivis pecinta reptil, Andika, ketika dihubungi detikcom, Jumat (29/6/2018).
Ia menyebut beberapa kali buaya yang ditemukan di daerah kota bisa jadi karena ada beberapa faktor seperti wilayah teritorial sebelumnya terancam. Kemudian dia pergi mengikuti aliran sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada bebrapa kali buaya ditemukan di daerah kota, bisa dilihat dari beberapa faktor. Pertama faktor alam di wilayah dia itu masih dekat, di dekat mangroove, mungkin wilayahnya si buaya. Mungkin bisa jadi karena tergusur buayanya nggak tahu harus kemana mengikuti aliran sungai jadi masuk ke daerah perkotaan," imbuhnya.
Kedua menurutnya ada faktor kelalaian terlepas. Ketiga ada pihak yang sengaja melepaskan buaya tersebut.
"Ada beberapa oknum yang memelihara hewan liar. Buaya mungkin orang beli 30-40 cm, untuk karakter buaya buas itu untuk ukuran 80 cm sampai 1 meter bisa kerepotan. Karena buaya itu di lindungi si oknum ini dia nggak tahu mau dikemanain, dia lapor ke BKSDA takut ditangkap, mungkin karena kalau hibah ke taman marga satwa nggak bisa mungkin birokrasinya berbelit-belit jadi akhirnya dilepaskan," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, ada kemungkinan buaya di Kali Grogol berasal dari penangkaran buaya. Namun belum ada penangkaran di Jakarta yang melaporkan kehilangan buaya.
"Nggak ada (laporan kehilangan). Penangkaran adanya di Tangerang dan Bekasi," kata Kepala Seksi Wilayah 2 BKSDA DKI Jakarta Bambang Yudi di lokasi, Jalan Latumenten, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Kamis (28/6/2018).
Bambang menyebut ada kemungkinan juga buaya berasal dari perorangan. Buaya tersebut lepas atau dilepaskan oleh pemiliknya.
"Masyarakat juga ada yang pelihara buaya," kata Bambang. (yld/bag)