"Pekanbaru ini kan sebagai kota yang sudah maju, ya. Dan terbuka bagi arus informasi yang demikian deras baik media cetak, elektronik, maupun media sosial. Terbuka sekali. Sehingga distorsi informasi mungkin terjadi karena kepentingan-kepentingan politik," kata juru bicara timses Firdaus-Rusli paslon nomor 3, drh Chaidir, saat dimintai konfirmasi detikcom, Kamis (29/6/2018).
Menurut Chaidir, ada pihak-pihak yang sengaja mendistorsikan informasi tersebut untuk kepentingan black campaign. Misalkan saja terkait masalah sampah, banjir, hingga pemadaman penerangan jalan umum (PJU) menjelang pencoblosan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait pemadaman PJU menjelang hari-H, menurut Chaidir, dalam waktu yang singkat sangat susah untuk diberikan penjelasan atau dikonter.
"Menurut saya, ini karena terjadi distorsi informasi. Dan itu besar peluangnya terjadi di Pekanbaru," tutup Chaidir.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Riau Saiman Pakpahan menilai kekalahan Firdaus merupakan bentuk hukuman dari rakyat.
"Pemilih Pekanbaru adalah pemilih rasional. Mereka pemilih yang berbeda dengan daerah atau kabupaten lainnya di Riau yang mudah dimobilisasi pihak tertentu. Pekanbaru barometer di Riau. Sebagian pemilih rasional telah menghukum pemimpinnya sendiri, Wali Kota Pekanbaru. Firdaus kalah dalam Pilgub Riau, walau ini hitung cepat KPU Riau dan lembaga riset Polmark Indonesia," kata Saiman.
Menurut Saiman, banyaknya permasalahan di Kota Pekanbaru yang tak bisa diselesaikan Firdaus yang berkaitan langsung publik membuat masyarakat tidak memiliki kepercayaan kembali.
"Mulai persoalan sampah yang tak terurus dengan baik, persoalan banjir setiap kali turun hujan yang selama ini dikeluhkan warga. Itu hanya contoh kecil dari sekian banyak kekecewaan masyarakat yang akhirnya pada Pilkada Gubernur Riau dia tak dipilih," kata Saiman.
Dengan berbagai persoalan itu, katanya, warga melihat adanya 'pendatang' Bupati Siak Syamsuar yang ikut maju. Seperti ada keinginan tersendiri dari warga Pekanbaru. Mereka menilai Syamsuar paling pas memimpin Riau.
"Kalau boleh kita sebut pendatang, ya Bupati Siak memang pendatang. Karena teritorial Pekanbaru ini dikuasai Firdaus dan Gubernur Riau Andi Rachman. Toh, kedua penguasa Pekanbaru itu tak banyak dipilih masyarakat. Masyarakat Pekanbaru telah menghukum pemimpinnya sendiri sebagai bentuk kekecewaan selama ini," kata Saiman.
Lantas apakah persoalan tunggakan pembayaran penerangan jalan umum (PJU) Rp 37 miliar yang listriknya dipadamkan PLN juga dapat mempengaruhi warga menjelang hari pencoblosan?
"Saya melihatnya sudah lama masyarakat kecewa terhadap Firdaus. Jadi rangkaian demi rangkaian kekecewaan itu sudah lama. Pemadaman listrik PJU itu hanya dijadikan momentum bentuk kekecewaan menjelang hari pencoblosan dan itu dibuktikan warga tak memilih Firdaus," kata Saiman.
Apalagi, kata Saiman, menjelang pencoblosan malam harinya Pekanbaru dilanda hujan. Saat hari-H warga kebanjiran. Kota yang selalu banjir setiap hujan selama ini tidak bisa dicarikan solusinya.
"Memang sangat menarik sekali khususnya pemilih di Pekanbaru yang bisa lebih menerima Syamsuar daripada Firdaus atau Andi Rachman selaku Gubernur Riau yang juga berdomisili di Pekanbaru," kata Saiman. (cha/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini