Wakil Ketua KPK Saut Situmorang tidak mempermasalahkan hal tersebut karena memang Syahri dipilih oleh rakyat. Kemudian, lanjut Saut, suara rakyat itu harus dihargai.
"Yang namanya suara rakyat itu suara Tuhan, itu dalam politik begitu. Jadi rakyat kalau sudah menentukan pilihannya, itu harus dihargai," ucap Saut di kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Kamis (28/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa jadi orang bertanya kenapa tetap dipilih. Ya mungkin karena wakilnya bagus atau mungkin karena kerjanya kemarin juga bagus, rakyatnya senang," ujar Saut.
"Oleh sebab itu saya katakan, menjadi seorang pemimpin berkinerja saja tidak cukup. Seorang pemimpin dia harus mampu berintegritas. Kinerjanya bagus tapi belakangan dia goyah, kemudian terlibat terkait sama kita ada 2 bukti. Ya kita lakukan itu (penindakan)," imbuh Saut.
Selain itu, Saut menyebut kemenangan Syahri tersebut bisa sebagai contoh penegasan bahwa KPK tidak bermain politik. Saut mengatakan pilihan rakyat tidak bisa dilarang.
"Itu satu bukti lagi ternyata apa yang dilakukan KPK nggak ada kaitan dengan politik kan. Ternyata dia terpilih kok, jadi ini saya katakan berkinerja saja nggak cukup. Anda berkinerja, Anda bagus tapi kalau anda antikorupsi juga akan lebih baik. Itu dari cerita yang bisa kita simpulkan dari hari kemarin. Kenapa bisa beberapa tetap dipilih? Karena rakyatnya sayang sama dia, terus KPK mau larang itu? Nggak boleh. Itu suara rakyat, itu suara Tuhan itu pilihannya dia. Oleh sebab itu mari kita menjadi pemimpin yang berintegritas kemudian berkinerja supaya dia lebih dari yang lain," papar Saut.
Dalam Pilbub Tulungagung, data hitung cepat yang terpantau melalui aplikasi KPU Tulungagung menunjukkan pasangan nomor urut dua Syahri Mulyo-Maryoto Birowo unggul telak dengan perolehan suara mencapai 60,7 persen, sedangkan rivalnya Margiono-Eko Prisdianto memperoleh 39,3 persen dari total 63,64 persen suara yang masuk. (haf/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini