Seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Jumat (22/6/2018), Erdogan (64) kembali mencalonkan diri sebagai kandidat incumbent dalam pilpres tahun ini. Erdogan yang merupakan presiden Turki pertama yang terpilih lewat suara terbanyak, telah menjabat sejak tahun 2014. Erdogan sebelumnya menjabat Perdana Menteri Turki dari tahun 2003 hingga tahun 2014.
Dalam janji kampanyenya, Erdogan bersumpah untuk mengubah Turki menjadi negara berpendapatan tinggi, juga menjadi negara pengekspor utama serta meningkatkan angka partisipasi tenaga kerja wanita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selain Erdogan, ada lima kandidat lainnya yang mencalonkan diri dalam pilpres ini. Salah satunya, Muharrem Ince (54) merupakan capres dari Partai Rakyat Republik (CHP). Ince yang mantan guru fisika, telah menjadi anggota parlemen CHP mewakili Provinsi Yalova sejak tahun 2002.
Ince pernah menjabat Wakil Ketua Kelompok Parlementer CHP antara tahun 2010-2014. Pernah suatu waktu Ince maju menantang Ketua CHP, Kemal Kilicdaroglu, memperebutkan jabatan ketua partai namun gagal.
Kepada pendukungnya, Ince berjanji untuk memberi kebijakan luar negeri yang berorientasi perdamaian dan keamanan, kemudian membentuk perekonomian yang berbasis pada produksi dan distribusi merata, juga menciptakan sistem parlemen yang didasarkan pada pemisahan kekuasaan.
![]() |
Meral Aksener (61) menjadi satu-satunya kandidat wanita dalam pilpres tahun ini. Aksener yang merupakan capres untuk Partai Good (IYI) ini, merupakan mantan Menteri Dalam Negeri dan mantan Wakil Ketua Parlemen Turki. Tahun 2016, Aksener didepak dari MHP setelah memimpin gerakan oposisi melawan Ketua MHP Devlet Bahceli. Kemudian tahun 2017, Aksener mendirikan partai baru bernama IYI.
Mendorong perekonomian dan kembali pada sistem parlementer merupakan dua dari sekian banyak janji kampanye Aksener. Diketahui jika Erdogan terpilih lagi, dia berniat mengubah sistem parlementer di Turki menjadi sistem presidensial.
![]() |
Selahattin Demirtas (45) menjadi capres untuk Partai Demokratik Rakyat (HDP). Antara tahun 2014-2018, Demirtas menjabat Wakil Ketua HDP.
Saat ini, Demirtas mendekam di penjara atas tuduhan terkait dengan PKK, yang oleh otoritas Turki, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa dikategorikan sebagai organisasi teroris. Pada November 2016, Demirtas bersama 12 anggota parlemen HDP lainnya ditangkap atas dakwaan terorisme. Dia masih mendekam di penjara karena persidangan belum selesai.
Jika menang dalam pilpres ini, Demirtas berjanji akan membagi kekuasaan presiden dengan parlemen. Dia juga menjanjikan untuk mengadopsi pendekatan ekonomi yang memprioritaskan kebutuhan sosial dan sistem parlementer yang inklusif.
![]() |
Dua kandidat lainnya adalah Dogu Perincek (76) capres dari Partai Patriotik (Vatan) dan Temel Karamollaoglu (77) capres dari Partai Felicity (Saadet).
Perincek menjabat sebagai Ketua Partai Vatan sejak tahun 2015. Dia pernah terjerat kasus Ergenekon, yang menyeret ratusan orang dari berbagai latar belakang di Turki. Ergenekon merupakan nama organisasi sekuler rahasia yang dituding berniat menggulingkan pemerintah Turki. Perincek bebas setelah hanya dipenjara selama setahun dari vonis seumur hidup yang dijatuhkan kepadanya.
Sedangkan Karamollaoglu menjabat Ketua Partai Saadet sejak tahun 2016. Dia menyatakan diri sebagai capres dari Saadet setelah gagal meyakinkan partai-partai lain untuk mengajukan capres secara gabungan. Karamollaoglu pernah menjabat Wali Kota Sivas antara tahun 1989-1995 lalu.
![]() |
Baca juga: Seruan Erdogan Untuk Dunia |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini