"Saya juga komunikasi dengan beberapa teman yang di Angkatan Laut, saya mohon jangan diburu atau dibunuh," kata Ben ketika berbincang dengan detikcom, Minggu (17/6/2018).
Ben menerangkan buaya merupakan salah satu satwa yang berstatus dilindungi. Peraturan menjaga kelestarian satwa yang dilindungi itu termaktub dalam PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ben mengaku dirinya telah dihubungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk membantu menemukan dan mengevakuasi buaya tersebut. Dia mengatakan pihak BKSDA juga telah diminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk menangkap buaya tersebut hidup=hidup.
"Tadi juga kami dihubungi Kepala Balai karena masalah ini sudah sampai ke Menteri. Menteri sudah meminta imbauan BKSDA Jakarta untuk lakukan evakuasi dalam kondisi diamankan, bukan diburu," ujar Ben.
Ben mengatakan hari ini pihaknya akan ikut bersama BKSDA untuk mencari buaya tersebut. Menurut Ben, buaya tersebut saat ini menghilang karena mencari tempat yang aman untuk dirinya. Dia pun menerangkan pencarian buaya itu lebih efektif pada malam hari karena buaya muncul saat keadaan tenang.
"Kita punya metode biasanya untuk evakuasi buaya di malam hari. Kondisi tenang biasanya dia nongol, kita dengan lampu senter yang terang, nah biasanya itu gampang terlihat karena di matanya mengeluarkan cahaya merah kehijauan," terang dia.
Dia menuturkan buaya akan diam saat disorot cahaya. Perilaku buaya itu dapat dimanfaatkan untuk tim melakukan evakuasi. "Kalau disorot lampu terang, dia biasanya diam. Baru kita misalnya lakukan penjaringan atau kita giring ke tempat yang lebih dangkal baru kita evakuasi," imbuh dia.
Masih kata Ben, kemunculan buaya muara terjadi tiga tahun terakhir. Dirinya mencatat, fenomena kemunculan buaya muara pertama kali terjadi 2015 lalu.
"Kalau analisa saya, memang ada beberapa kemungkinan. Fenomena ini kan kami lihat dari tahun 2015, pertama kemunculan buaya ini di pantai Pulau Kotok, ditempat rehabilitasi elang. Akhirnya kita rehabilitasi, kita selamatkan," cerita Ben.
Tahun berikutnya, 2016, Ben dan timnya mengevakuasi seekor buaya muara dari tambak nelayan di Muara Gembong, Bekasi. Lalu pada 2017, pihaknya juga menrima laporan penampakan buaya di Muara Angke, Jakarta Utara.
"Selanjutnya tahun 2016 ada satu buaya yang berhasil juga kita rescue itu di Muara Gembong karena masuk te tambak nelayan. 2017 ada kemunculan buaya di Muara Angke dan masih tahun yang sama, kita juga juga dapat laporan ada juga dua buaya ,uara itu di pintu air Muara Angke," tandas dia.
"Ini kan kalau aku definisikan dua muara ini, antara Muara Gembong dan Muara Angke. Dua tempat ini merupakan jadi habitat dia, buaya muara ini. Mungkin karena penyempitan lahan dan sebagainya, sehingga buaya ini keluar atau memang di daerah situ sudah banyak buaya, sehingga buaya tanggung, yang tidak dominan itu akan keluar mencari tempat yang lebih aman," lanjut Ben.
Kemungkinan yang terakhir, buaya-buaya yang memunculkan dirinya itu adalah bekas hewan peliharaan. Buaya tersebut dilepas dengan sengaja oleh pemiliknya.
Sebelumnya, buaya muara ini pertama kali diketahui muncul di Dermaga Pulau Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara sekitar pukul 17.30 WIB, Kamis (14/6). Buaya itu lalu kembali memperlihatkan diri pada Jumat (15/6) dan Sabtu pagi kemarin.
Buaya tersebut sempat ditembak. Namun buaya tersebut masuk ke air lalu menghilang. Sempat dikabarkan buaya tersebut sempat menuju Ancol. Namun hal itu sudah dibantah. (aud/haf)