Satu jam jelang azan magrib berkumandang, Kamis 7 Juni 2018, trio pemulung itu menghampiri meja panitia pembagian gratis makanan berbuka puasa (iftar) siap santap. Tepat di sisi meja, terparkir satu unit truk besar dimodifikasi menjadi dapur berjalan milik lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Lengan kanan Dede Iwan (43) sigap menyodorkan secarik kupon kertas putih kepada penyelenggara acara. Proses penukaran kupon tak lebih satu menit. Lalu ketiganya bergegas balik kanan sambil menatang satu kotak hidangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dede semringah memperoleh 'hadiah'. Seharian bapak satu anak ini menjelajah ke segala penjuru arah kawasan jantung kota Bandung memulung sampah. Ia pungut botol dan gelas bekas minuman yang berserakan di jalan serta nyempil dalam bak limbah.
Peluh nampak menghiasi wajah Dede. "Tadi saya keliling kawasan Alun-alun Bandung, terus ke Braga. Mungutin sampah. Terus saya jual botol dan gelas bekas ini kepada bandar rongsokan," ujarnya.
Harga sampah per kilogram yang Dede tukar menjadi rupiah ke bandar itu nilainya setara satu bungkus mi instan. "Dua ribu rupiah satu kilonya. Kalau sampahnya banyak, ya dapat dua puluh ribu rupiah. Enggak tetap juga penghasilannya," tutur Dede.
Mengaku warga Cihampelas, Dede tetap berpuasa selagi melakoni aktivitas memulung sampah yang digelutinya selama lima tahun. Dia sengaja singgah ke lokasi kegiatan dengan mengantongi kupon dari panitia yang menyebarkan ke tangan orang-orang yang pantas menerima paket iftar.
![]() |
Senada diungkapkan Oleh. Juru parkir di kawasan Braga Bandung tersebut turut memburu paket sajian lezat ala Food Truck ACT. Kakek berusia 70 tahun itu rumahnya bertetangga dengan gedung kantor CIMB Niaga.
"Tadi ada yang datang ngasih kupon. Beres kerja, ya mampir ke sini. Senang dapat makanan untuk buka puasa," ucap Oleh yang mengaku penghasilannya tak menentu, sewaktu ramai kendaraan parkir ia mampu meraup Rp 30 ribu yang sudah dipangkas dari total raihannya disetorkan ke instansi terkait.
Alhamdulillah, ini (makanan) untuk buka puasa." Dede Iwan, pemulung di Kota Bandung |
Dede dan Oleh segelintir kaum papa warga Kota Bandung. Kementerian Sosial mencatat warga miskin Kota Bandung berjumlah 444 ribu orang pada 2017. Dinsos Kota Bandung tentu perlu verifikasi basis data terpadu tersebut.
Dede dan Oleh menghabiskan sepenggal waktu kehidupannya di jalanan. Pergi pagi dan pulang petang. Meski terbatas dari sisi penghasilan ekonomi, mereka terjun mencari nafkah tanpa mengemis. Keduanya sibuk beraktivitas dan tetap melaksanakan ibadah puasa Ramadan.
Suguhan dapur berjalan ACT mampu membahagiakan Dede dan Oleh. Paket makanan gratis tersebut sesuatu bermanfaat bagi mereka. "Hatur nuhun," kata Oleh singkat.
Truk Disulap Jadi Dapur
Diding Fachruddin mondar-mandir. Koordinator Lapangan Humanity Food Truk ACT tersebut bertanggung jawab memantau langsung proses distribusi makanan gratis agar berlangsung tertib dan aman.
Dia bergerak lincah sambil mengalungkan kamera. Sesekali Diding menjepret objek menarik dalam kegiatan tersebut.
Bagi-bagi gratis paket iftar digelar CIMB Niaga sebagai mitra ACT. Tahun ini, ACT menggelorakan tajuk 'Beri Indonesia Ramadan Terbaik'.
"Penerima manfaat program paket buka puasa ini sasarannya duafa. Ada pemulung, tunawisma, dan lainnya. Panitia juga mengundang anak yatim," tutur Diding tampil bertopi.
![]() |
"Istilahnya dapur berjalan. Kami siapkan seribu porsi paket iftar di satu titik acara ini. ACT dan CIMB Niaga dalam kegiatan ini ingin berbagi berkah Ramadan," ucap Diding.
Menu berbuka puasa siap santap diolah di dalam kendaraan tersebut. Menurut Diding, bukan hanya kaum papa saja yang menikmati boga racikan koki.
"Office boy yang bekerja di kawasan perkantoran ini juga dapat paket makanan siap santap," ucapnya.
![]() |
Lalu pada 1866, Charles Goodnight menggelindingkan konsep chuck wagon. Kereta ini dilengkapi fasilitas menyimpan perlengkapan memasak dan aneka bumbu sebagai solusi berbagi makanan. Sosok peternak sukses di perbatasan Amerika tersebut menyasar para pengembala sapi dan buruh yang beraktivitas hingga malam.
Konsep mobil makanan yang berkarakter menyambangi langsung khalayak ini kemudian menjalar ke berbagai negara. Di Indonesia, food truck mulai marak pada 2013. Para pebisnis kuliner Tanah Air telah menyertai eksisnya kendaraan makanan.
ACT mengadopsinya. Truk dapur berjalan ini resmi diluncurkan Presiden ACT Ahyudin pada Rabu 24 Mei 2017 di halaman Masjid Istiqlal Jakarta.
"Di dalam dapur berjalan ini dilengkapi kitchen equipment. Ada kompor, penggorengan, kulkas, alat oven, dan lainnya. Semuanya modern," ujar chef Jhoni Kusuma yang menggawangi food truck ACT.
"Perangkat masak ini seperti fasilitas dapur di hotel berbintang. Begitu juga makanannya. Banyak variasinya," kata Jhoni menambahkan.
Truk raksasa berkelir putih, hijau muda dan oranye ini pabrikan Mitsubishi Fuso FM 517 HL. Kendaraannya berfasilitas generator set, mampu menampung 200 liter air, memiliki panjang 8 meter, lebar 2,5 meter, tinggi 2,7 meter, berat 11 ton, dan bertenaga 7,545 cc.
![]() |
"Kami sediakan bukan nasi kotak biasa-biasa saja. Tapi makanan berkelas yang higienis, halal, sehat dan bergizi. Tentu saja masakannya bercita rasa Nusantara," ucap Jhoni yang malang melintang sebagai koki profesional sejumlah hotel berbintang di Jakarta.
Petang berlangit cerah berangsur redup menyambut gelap. Cerita kaum papa dan aksi menebar kebaikan yang digulirkan ACT meninggalkan jejak kebahagiaan penuh berkah bertepatan momentum Ramadan.
Chef Jhoni dan timnya bersemangat merapikan serta mengemas peralatan masak. Diding dan sejumlah relawan ACT Cabang Jawa Barat bernafas lega lantaran kegiatan iftar berjalan lancar. Tepat pukul 18.46 WIB, azan magrib berkumandang. Para pegiat aksi sosial ini berkumpul untuk berbuka puasa bersama dengan pegawai bank tersebut. (bbn/bbn)