Charles menyebut Ferdinand pernah menjadi pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi), meski pada Pilpres 2014, PD memutuskan tak mendukung calon. Ferdinand memberi penjelasan soal itu.
"Ya betul, saya dulu adalah pendukung Jokowi. Tapi saya bukan pendukung yang membabi buta tanpa nurani membela setiap segala sesuatu, bahkan membela kesalahan," ujar Ferdinand kepada detikcom, Selasa (12/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dulu relawan Jokowi dan turut menghantar Jokowi ke Istana. Saya orang yang kritis dari awal mulai dari penyusunan kabinet. Saya dulu orang yang menolak keras Rini Soemarno masuk kabinet ketika semua takut dan mencium tangannya supaya masuk jadi komisaris. Tapi saya tidak," imbuhnya.
Ferdinand tak setuju dengan penunjukan Rini oleh Jokowi sebagai Menteri BUMN. Namun dia tak menjelaskan alasannya.
"Saya punya nurani yang harus saya jaga atas kecintaan saya kepada bangsa ini. Salah ya salah, benar ya benar. Itu bagi saya dan kebenaran serta prinsip idealisme saya tidak bisa dibeli apa pun," kata Ferdinand.
Dia pun mengungkap alasannya berbalik arah dari Jokowi. Ferdinand menyebut ada sejumlah kebijakan yang tak disetujuinya, seperti soal pencabutan subsidi BBM.
"Saya memutuskan tidak lagi mendukung Jokowi setelah ramai pencabutan subsidi BBM. Waktu itu saya aktif di sebuah NGO Energy Watch Indonesia dan aktif di beberapa ormas. EWI adalah NGO yang bergerak di bidang energi, migas, listrik, dan mineral atau tambang. Saya kritik kebijakan itu karena akan membebani rakyat," paparnya.
"Terakhir, saya sampaikan agar subsidi itu, jika harus dicabut, saya minta ditempatkan di BPJS sebesar Rp 50 T agar rakyat bangsa ini bisa lebih baik tertangani kesehatannya, tapi itu pun tidak. Akhirnya sekitar Mei 2016, saya putuskan untuk tidak lagi mendukung Jokowi karena kebijakannya makin jauh menyimpang dari konsep Trisakti dan Nawacita. Saya tentu kecewa karena janji kampanyenya tidak ditepati, bahkan jadi berbelok 180 derajat," tambah Ferdinand.
Dia lalu mengungkit apa yang disampaikan oleh Charles Honoris. Charles memprediksi Ferdinand kecewa tidak dapat jatah menjadi komisaris sehingga akhirnya menjadi anti-Jokowi yang cukup keras.
"Apa yang disampaikan oleh Charles semata menunjukkan mentalnya yang hanya berpikir upah ketika melakukan sesuatu. Saya tidak pernah berharap apa pun, apalagi jabatan. Saya sudah senang dan bahagia bila rakyat diurus yang benar. Jadi kalau Charles bilang saya kecewa karena tidak dijadikan komisaris, itu menunjukkan kelas Charles sendiri," urai dia.
Ferdinand menyatakan dirinya tak bisa dibeli. Dia membantah apa yang disebutkan Charles dan balik menuding anggota Komisi I DPR itu.
"Saya bukan komisaris levelnya. Saya pikir Charles sekali lagi sedang menjadikan dirinya gambaran kepada yang lain. Itu tidak elok. Jadi Charles sebaiknya jawab saja kritik saya dengan kinerja, bukan ngomongin yang tidak benar, apalagi itu cerminan dirinya," sebut Ferdinand.
Ferdinand juga memastikan akan terus mengkritik pemerintah untuk membela masyarakat. "Saya tidak akan berhenti berpikir dan mencurahkan hidup saya untuk bangsa ini," tambahnya.
![]() |
Sebelumnya diberitakan, Ferdinand membela istri Ketum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ani Yudhoyono, yang menyemprot netizen nyinyir terhadap putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Ferdinand lalu menyebut netizen nyinyir tersebut merupakan pendukung Jokowi. PDIP lalu memberi pembelaan.
"Setahu saya dulu Ferdinand kan pendukung Jokowi. Sama-sama kok kita dulu di tim kampanye. Tiba-tiba pindah haluan dan selalu nyinyir. Biarkan publik sajalah yang menilai. Nggak ngerti juga kenapa terus dia banting setir. Kecewa kali nggak dapat komisaris atau apa. Tapi jadi ekstrem anti-Jokowi," kata Charles, Selasa (12/6). (elz/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini