Pihak SMAN 8 Depok menilai zonasi memberi banyak dampak positif di dunia pendidikan. Hal itu disampaikan oleh Kepala SMAN 8 Depok, Dra. Hj. Nurlaely M.Pd saat ditemui detikcom.
"Zonasi ini menurut saya positif banyak keuntungannya baik bagi sekolah, siswa dan orang tua juga," ujarnya, di SMA 8 Depok, Kamis (7/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan salah satu keuntungannya adalah siswa dapat bersekolah tidak jauh dari rumahnya sehingga banyak siswa yang tidak perlu naik transportasi umum untuk sampai ke sekolah. Mereka bisa berjalan kaki atau bersepeda sehingga fisik mereka juga menjadi lebih sehat. Karena jaraknya yang tak jauh, para siswa juga dikatakan kemungkinan kecil untuk datang terlambat.
"Otomatis diharapkan siswa tidak datang terlambat ke sekolah karena dekat. Kemudian karena dekat jadi tidak terkena macet sehingga siswa juga masih fresh untuk menerima pelajaran," lanjutnya.
Dampak positif lainnya menurut Nurlaely bisa merekrut atau memfasilitasi siswa yang dekat dengan sekolah karena jika dibandingkan dengan saat dahulu, penerimaan berdasarkan hasil Ujian Nasional, namun kini berdasarkan jarak. Selain itu ia juga bisa lebih dekat dengan orang tua murid yang dekat rumah tinggalnya.
Dampak positif dari sistem zonasi ini juga dirasakan oleh orang tua dan murid. Salah satunya dirasakan oleh Abdul Muhy (16), siswa kelas X di SMAN 8 Depok, dan ayahnya Sujana (48).
"Karena dekat jadi bisa naik sepeda. Tapi sepeda saya sudah rusak jadi sekarang saya ke sekolah naik angkot. Perjalanannya cuma 10 menit kalau naik sepeda. Kalau naik angkot lebih cepat lagi. Ongkosnya sekali jalan juga cuma Rp 2.000 karena dekat dengan rumah," ujar Abdul.
Sementara itu Sujana menyebut, sistem zonasi ini bisa memudahkan dirinya mendaftarkan Abdul. Ia juga tak perlu khawatir soal jarak dan juga ongkos transportasi.
"Keuntungan dari zonasi ini sangat membantu sekali bagi saya sebagai orang tua murid. Karena dengan jarak yang dekat, anak saya bisa naik sepeda, naik angkot juga dekat, waktunya tidak terburu-buru, sarapan di rumah bisa disiapkan dengan baik. Jadi walaupun dia kekurangan ongkos tapi masih tetap bisa ke sekolah," jelasnya.
Selain itu, Sujana dapat dengan mudah mengawasi anaknya sebab ia sering melewati sekolah tersebut sambil menjajakan dagangannya.
"Saya bisa memantau apakah anak saya masuk sekolah atau tidak. Karena saya sering mondar-mandir ke sini, kebetulan saya pedagang kecil. Jadi sering kelihatan, nanya sama temannya, nanya sama security. Di sini juga wilayahnya aman, dari segi biaya bisa kebantu," tegasnya.
SMAN 8 Depok sendiri menerapkan 5 jalur zonasi. 5 jalur yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud tersebut di antaranya Warga Penduduk Sekitar (WPS), Keluarga Ekonomi Tidak Mampu (KETM), penghargaan maslahat guru dan anak berkebutuhan khusus (ABK), prestasi, serta akademik atau NHUN (Nilai Hasil Ujian Nasional).
Di sekolah tersebut, persentase masing-masing jalur terbagi atas 10% untuk WPS, 20% untuk KETM, 5% untuk penghargaan maslahat guru dan ABK, 20% untuk jalur prestasi, dan 45% untuk jalur NHUN. Namun jarak rumah murid ke sekolah tersebut tetap mempengaruhi PPDB dalam seluruh jalur yang ada.
Setelah PPDB dibuka sejak Senin (4/6), hingga kemarin sekolah tersebut sudah menerima 504 pendaftar untuk kelima jalur. Namun pendaftar untuk jalur WPS merupakan yang terbanyak yakni 352 pendaftar. (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini