Baca juga: Kisah Awal Mula Munculnya THR |
Sejarahwan Bonnie Triyana dalam artikelnya di Historia.id menulis, saat itu kabinet Soekiman memberikan THR untuk memikat pamong pradja. Kebetulan saat itu pegawai negeri didominasi dari kalangan priayi dan kaum ningrat yang kebanyakan pendukung Partai Nasional Indonesia (PNI). Sementara Soekiman berasal dari Partai Masyumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Politikus Partai Persatuan Pembangunan yang banyak menulis tentang Masyumi dan tokoh-tokohnya, Lukman Hakiem mengaku tak melihat adanya unsur politis dalam pemberian THR di masa Kabinet Soekiman. Meskipun kata dia, penilaian bahwa itu politis adalah hal yang biasa.
Itu muncul lantaran Kabinet Soekiman memang salah satu tugasnya adalah menyiapkan pemilihan umum. "Tapi kemudian Pemilu kan baru digelar pada 1955," kata Lukman yang pernah menjadi staf khusus Wakil Presiden Hamzah Haz saat berbincang dengan detikcom, Senin (4/6/2018).
Baca juga: KPK: Mobil Dinas Dilarang untuk Mudik! |
Sementara Kabinet Soekiman berakhir masa tugasnya pada 3 April 1952. Lepas dari politis atau tidak, kebijakan Kabinet Soekiman tentang THR itu kini menjadi tradisi.
Setiap hari raya keagamaan semua pegawai baik pemerintah mau pun swasta menerima THR.
'Zulhas soal THR dan Gaji ke-13 PNS: Uangnya dari Mana?' Simak video selengkapnya di 20Detik:
(erd/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini