"Kita benar-benar merasa kehilangan. Beliau salah satu pemikir ekonomi terbaik di negeri ini" ujar Arif dalam keterangannya, Kamis (31/5/2018).
Arif yang sempat menjenguk almarhum hingga akhirnya berpulang menuturkan Dawam adalah sosok teladan yang menguasai ilmu ekonomi secara mumpuni. Dawam pun mampu menawarkan gagasan Ekonomi pancasila yang mampu mewarnai khazanah ilmu ekonomi nasional selama lebih dri empat dekade.
Arif menegaskan, baginya Dawam merupakan pemikir Ekonomi Pancasila yang konsisten. Ia pun memiliki gagasan ekonomi yang berbeda dengan gagasan ekonomi konvensional. Hal ini disebabkan aktivitasnya yang tersebar di banyak disiplin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif beranggapan, itulah sebabnya pemikiran ekonomi Dawam sangat dekat dengan permasalahan keseharian dan penuh nilai-nilai etis. Dawam selalu menekankan pentingnya aspek keadilan dan pembelaan terhadap kaum lemah.
"Pemikiran beliau sejalan dengan konstitusi, sesuai dengan Ekonomi Pancasila," ungkap Arif.
Seperti diketahui, Dewam Rahardjo dilahirkan di Kampung Baluwarti, Solo, Jateng pada 20 April 1942. Bahasa Arab dan ajaran Islam, ia pelajari sejak kecil di Madrasah Diniyyah Al-Islam dan di pesantren Krapyak, Yogyakarta.
Pendidikan sekolah menengahnya ia tamatkan di Amerika Serikat. Pada 1969, ia meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada dan sempat menjadi bankir lantas menjadi aktivis dan pemikir. Ia juga pernah memimpin lembaga riset partikel ke, LP3ES dan pernah menjadi Rektor Universitas Islam 45, Bekasi.
Dawam yang juga dikenal sebagai budayawan, sastrawan, bahkan penafsir Al Qur'an ini wafat setelah menderita penyakit yang cukup berat. (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini