"Sebenarnya ini alamiah saja biasa dilakukan kami di Kemenag, di Ditjen Bimas Islam yang biasa berinteraksi dengan umat, dalam artian mereka masyarakat bisa umat, pengurus majelis taklim, pengurus BUMN, atau instansi meminta nama-nama penceramah. Biasanya kami memberikan informasi, atau mereka menyodorkan dan meminta kami menanggapi," kata Lukman di acara Mata Najwa yang tayang di Trans7, Rabu (30/5/2018).
Lukman menerangkan selama Ramadan ini permintaan mubalig semakin meningkat hingga membuat pihaknya kewalahan. Dia menambahkan daftar itu sebenarnya dilampirkan dengan penjelasan alasan munculnya 200 nama mubalig tersebut. Lukman menerangkan daftar mubalig itu juga didapatkan Kemenag dari masukan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Persoalannya ramai diinterpetasikan berbagai kalangan, ketika rilis itu terlepas dari tubuh berita, kemudian ini yang viral tidak ada penjelasan dari 200 nama ini. Masyarakat kehilangan konteks," ujar Lukman.
Lukman pun bersyukur banyaknya masukan yang diterima Kemenag sejak peluncuran daftar nama tersebut. Adanya kritik soal adanya nama mubalig yang meninggal atau pernah terlibat kasus korupsi karena pihaknya memang masih memproses data tersebut.
"Saya bersyukur ini menunjukkan kami kurang berhati-hati, kami menerima, dan betapa kami apa adanya, tidak ada rekayasa. Allah membantu kami bahwa ini tidak ada hidden agenda, seakan-akan ada nama-nama mubalig pelat merah, pelat hitam, sama sekali tidak," tegasnya.
(ams/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini