"Di dalam tahun politik ini tentara dan polisi harus sadar, bahwa mereka adalah alat negara. Konsekuensi reformasi sejak 1998 menempatkan mereka masing-masing, sebagai para panglima dan pendekar di medan pertempuran dan di bidang penegakan hukum. Tidak ada lagi celah untuk berdwi fungsi atau berkekaryaan. TNI dan Polri tidak boleh lagi berpikir tentang politik praktis," ujar Hendropriyono kepada wartawan, Rabu (30/5/2018).
Hendropriyono juga meminta kepada jajaran TNI/Polri untuk tetap fokus pada tugas dan kewajibannya. Bila TNI diminta agar siaga menjaga pertahanan negara, Polri diharapkan tegas melakukan penegakan hukum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aspek sosial politik kini bukan lagi domain TNI/Polri, tapi merupakan domain para politisi sesuai demokrasi yang berazaskan supremacy sipil," imbuh tokoh intelijen itu.
Jenderal purnawirawan TNI ini menyebut akan ada konsekuensi apabila aparat masih ikut bermain pada politik praktis. Ancamannya menurut Hendropriyono adalah, keamanan dan stabilitas negara.
"TNI dan Polri yang masih berpikir di luar fungsinya sendiri, akan menjadi tentara atau polisi yang penakut. Keberaniannya bertindak diambil alih oleh masyarakat radikal, yang memang menyukai suasana anarkis," tutur Hendropriyono.
Seperti diketahui, Pilkada serentak 2018 akan digelar pada akhir Juni mendatang. Sementara itu, Pileg dan Pilpres akan dilangsungkan secara serentak pada 2019. (elz/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini