"Sebagai pengurus Dewan Masjid dan juga organisasi yang lain, tentu bulan Ramadan bulan yang paling sibuk di antara kita karena masjid yang begitu banyak tentu pasti kegiatannya juga sangat banyak. Belum lagi juga para dai mubalig, serta penceramah yang lain sangat dibutuhkan walaupun oleh Kementerian Agama baru 200 sempat dicatat," ujar JK dalam pidatonya di acara buka bersama pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI), di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (25/5/2018).
JK 300.000 dai dan mubalig itu untuk mengisi kegiatan di masjid. Belum lagi, banyak musala saat ini yang juga dipakai salat Jumat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JK pun kembali menceritakan pengalamannya bertemu Raja Salman yang terkejut mendengar ada 800.000 masjid dan musala di Indonesia.
"Saya ulangi cerita waktu saya ketemu Raja Salman, saya bilang saya berterimakasih kepada raja kemudian karena melaksanakan haramain, bagaimana menjaga 2 tempat suci (Mekah dan Madinah). Terus dia ngangguk-ngangguk. Saya katakan, di sini ada 800.000 masjid dan musala, dan saya ketuanya. Dia terkejut dan dia tidak percaya. Dia bilang sama penerjemah, 'apa benar? 800.000 atau 8.000?', dia bilang penerjemah 800.000. Dia tanya lagi kedubesnya, 'apa benar 800.000?' iya benar. Artinya kita lebih banyak dari pada beliau," ucapnya.
Namun, JK mengajak para pengurus DMI untuk tidak bangga dengan banyaknya jumlah masjid. Dia mengajak pengurus DMI untuk meningkatkan kualitas keagamaan dengan kegiatan di masjid.
"Jadi artinya bahwa kita juga menghargai bagaimana di Indonesia itu praktik keagamaan kita atau pelaksanaan agama kita itu baik. Di sini lah kita ingin sampaikan bagaimana peranan dewan Masjid," tuturnya.
JK juga bicara soal peran masjid dan musala mengatasi terorisme. JK menekankan Dewan Masjid harus bekerja lebih keras.
"Banyak yang mengatakan apa Dewan Masjid itu, kenapa tidak bisa mengatasi radikalisme, terorisme? Seperti yang selalu saya katakan, Dewan Masjid harus bekerja jauh lebih keras dibanding dengan pengurus masjid di negara-negara lain. Di Malaysia semua masjid, dan juga dibangun pemerintah, dan takmirnya dibayar oleh pemerintah, semua dibayar pemerintah," imbuhnya.
Di Indonesia, masjid dibangun sebagian besar oleh masyarakat dan pengurusnya ada juga yang dibayar oleh pemerintah. Masyarakat membangun masjid dan bertanggung jawab atas masjid yang dibangunnya.
"Karena itu lah maka bagaimana pentingnya mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan itu. Bagaimana kepentingan-kepentingan umat kita jaga, dan kemudian bagaimana masjid ini berfunsi lebih baik. Makanya itu berkali-kali saya katakan, perubahan kita dalam masjid. Kita memakmurkan masjid dan masjid memakmurkan masyarakatnya," jelasnya.
Menurut JK, masjid akan berfungsi sempurna jika juga ikut memakmurkan masyarakat sekitarnya.
"Banyak daerah yang rumah sekitaranya agak kumuh, reot tapi masjidnya megah, itu tentu tidak seimbang. Kalau masjidnya bagus tentu rakyatnya juga, masyarakat kita juga tentu baik (bagus). Karena itu lah maka kita mendorong lebih banyak lagi masjid-masjid yang lain," imbuhnya. (nvl/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini