Keretakan sendiri diketahui sudah terjadi sejak 2 tahun terkahir. Faktor utama dari keretakan yakni karena usia jembatan itu sudah tua dan menjadi jalur lalu lintas utama di Kota Pempek.
"Ini sudah terjadi sejak 2 tahun lalu, ada sekitar 6.000 titik keretakan yang terjadi pada bagian pelat lantai. Retak jembatan dipengaruhi beban berat, serta usia dari jembatan sendiri," kata PPK Jembatan Metropolitan BBPJN Wilayah V, Suwarno kepada detikcom, Rabu (23/5/2018).
Untuk 6.000 titik keretakan sendiri tidak terlalu berdampak pada lalu lintas yang ada di atasnya. Hanya saja, jika tidak segera diperbaiki maka akan semakin meluas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2010 keretakan terjadi akibat adanya kebakaran hebat yang melanda pasar 10 Ulu. Pasca kejadian itu atau 4 tahun kemudian, plat jembatan Ampera kembali mengalami keretakan sebanyak 24.000 titik.
"2014 itu ada 24.000 titik keretakan dan sudah dilakukan perbaikan dengan cara injeksi anti gravitasi. Sedangkan untuk 6.000 titik keretakan pada tahun ini juga akan kami lakukan dengan cara injeksi dan akan menelan anggaran sekitar Rp 8 miliar," sambung Suwarno.
"Kalau sekarang tidak terlalu berdampak pada struktur bangunan jembatan. Tapi kalau tidak segera ditangani bisa jebol, malah akan menelan biaya yang cukup besar. Sehingga selesai Asian Games ini baru kami mulai kerjakan dengan waktu sekitar 3 bulan," sambungnya lagi.
Selain keretakan, BBPJN mengaku telah mendapat tugas melakukan perbaikan dan renovasi jembatan Ampera. Sekitar Rp 17 miliar dana telah disiapkan untuk mengatasi keretakan, pengecatan ulang di 2 menara pylon, termasuk pengantian trotoar.
Untuk pengecatan dan perbaikan trotoar sudah mulai dilakukan sejak awal bulan Mei lalu. Ditargerkan semua pengerjaan akan selesai sebelum pelaksanan Asian Games Agustus mendatang. (asp/asp)