"Saya akan lapor ke pimpinan. Supaya yang bagaimana-bagaimana, segala perkembangan harus dilaporkan. Kita akan koordinasikan lebih lanjut (di rapat)," ujar Kepala Biro Pendidikan, Mental, dan Spiritual (Dikmental) DKI Jakarta Hendra Hidayat saat dihubungi, Sabtu (19/5/2018) malam.
Hendra mengatakan rencananya acara tersebut digelar pada Sabtu (26/5). Dia mengatakan tak ada acara buka bersama. Dia juga menegaskan tak akan ada muatan politik di acara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi satu hal yang pasti ini hanya salat saja. Nanti boleh ikut. Saya yakinkan di situ tak ada omongan politik. Ini semata-mata ibadah, tidak ada tendensi politik. Tidak ada hasrat apapun. Tak ada apapun kecuali ibadah," tutur Hendra.
"Tidak ada buka puasa bersama. Kita dari awal memang cuma tarawih saja," sambungnya.
Dalam acara itu akan dihadiri tokoh keagamaan, tokoh dari ormas Islam, Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan juga masyarakat Jakarta. Hendra mengatakan dalam rapat Pemprov DKI bersama TNI-Polri, diperkirakan ada sekitar 20-30 ribu warga yang ikut acara ini.
"Kemarin terakhir kita sudah rapat teknis. Kita sudah 2 kali undang kepolisian dan Kodam untuk perbantuan keamanan. Mereka juga tanya kira-kira massa berapa? Perkiraan 20-30 ribu orang," ujar Hendra.
Rencana tarawih di Monas ini pertama kali disoal Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis. Cholil berpendapat tempat terbaik untuk salat adalah masjid. Menurutnya, Masjid Istiqlal yang lokasinya tak jauh dari Monas, disebut Cholil tempat yang mewakili simbol kemerdekaan, persatuan, dan ketakwaan.
"Saya kok ragu ya kalau alasannya tarawih di Monas untuk persatuan. Logikanya apa ya? Bukankah Masjid Istiqlal yang megah itu simbol kemerdekaan, kesatuan, dan ketakwaan. Sebab, sebaik-baiknya salat itu di masjid karena memang tempat sujud. Bahkan Nabi SAW selama Ramadan itu iktikaf di masjid, bukan di lapangan," tutur Cholil Nafis dalam keterangannya, Sabtu (19/5/2018).
Selain itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti berharap lokasi tarawih tersebut dipindah ke masjid. Diaberpendapat Monas lebih baik digunakan untuk kegiatan sosial.
"Menurut saya memang sebaiknya salat tarawih di masjid," kata Abdul Mu'ti lewat pesan singkat kepada detikcom, Sabtu (19/5/2018) malam.
"Salat tarawih di Monas bisa menimbulkan kesan politis. Dalam konteks luas dan jangka panjang, bisa menjadi preseden untuk kegiatan serupa oleh pemeluk agama lainnya. Sebaiknya Monas dipergunakan untuk kegiatan sosial bukan untuk kegiatan keagamaan, termasuk tarawih," imbuhnya. (jbr/nif)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini