Hendra ialah salah satu dari ratusan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Cianjur. Tidak seperti kebanyakan napi yang merasa terkurung, Hendra malah mengaku menemukan 'kebebasannya' di tempat ini.
"Orang lain bilang sial masuk penjara, terkurung badan bertahun-tahun. Tapi bagi saya justru ini sebuah keberuntungan dari tempat ini saya mengenal tuhan. Di tempat ini saya merasakan petobatan," ujarnya mengawali perbincangan detikcom, Rabu 9 Mei 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan nasib mengantarkan Hendra ke Lapas Cianjur yang menerapkan pola pendidikan pesantren terpadu. Dia menjadi penghuni di sel 11 penjara tersebut. Sebagai napi dengan kasus pembunuhan, Hendra disegani teman satu selnya.
"Dalam waktu singkat semua napi kenal saya, enggak ada yang berani macam-macam saya sudah pasrah tidak ada yang saya takuti di tempat ini. Saya hanya takut dengan satu orang, dia petugas di Lapas ini," tuturnya.
![]() |
Lima bulan lamanya perputaran kehidupan Hendra berubah, sampai akhirnya dalam satu tahun kehidupan dan keseharian Hendra yang dulunya seorang sopir angkutan umum ini mulai terbiasa dengan kegiatan agama.
"Dulu mabuk-mabukan, tanya saja di terminal Pagelaran bagaimana saya dulu. Pusing sedikit, cekik botol mabuk ngaco," katanya.
Kehidupan di Lapas Cianjur memang berbeda dengan Lapas di tempat lain. Penjara ini menerapkan pola pendidikan pesanten bagi para napi, seluruh napi bahkan dipanggil dengan sebutan santri bagi lelaki dan santriawati untuk perempuan.
"Bagaimana pun saya mengakui, di penjara inilah saya bisa mengenal Tuhan dan menikmati indahnya alunan ayat suci Alquran," tutur Hendra. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini