Dalam aksinya itu, massa mengajak Polresta Cirebon dan Pemkot Cirebon untuk turut menyerukan 'Jaga Indonesia'. Sebagian massa menyalakan lilin. Doa, ucapan duka, dan orasi tentang menjaga persatuan disampaikan secara bergiliran oleh perwakilan dari berbagai tokoh agama.
Sekretaris Lakpesdam PBNU Marzuki Wahid mengatakan aksi 'Jaga Indonesia' merupakan bentuk solidaritas masyarakat Cirebon atas rentetan peristiwa berdarah yang terjadi di Depok, Surabaya, dan Sidoarjo. Sekaligus bentuk gerakan berupa bersatu lawan teroris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marzuki mengatakan pihaknya mendukung pemerintah dan kepolisian untuk memberantas jaringan terorisme di Indonesia, baik ideologinya, teologinya, serta operator dari jaringan terorisme. Menurutnya, jaringan terorisme yang ada di Indonesia bisa menjadi bom waktu ketika tidak diberantas secara total.
"Menyisakan jaringan terorisme seperti ini bisa menjadi bom waktu. Bisa meledak kapan dan dimana saja," ucapnya.
Massa mendesak agar revisi UU Terorisme segera disahkan. "RUU itu sangat dibutuhkan sekali oleh kepolisian untuk mengantisipasi terorisme," kata Marzuki.
![]() |
"Meski jauh di sana, tapi kita merasakan duka cita dan kehilangan. Kami mengutuk kekerasan tragedi itu. Semoga Indonesia dijauhkan dari terorisme, mendukung aparat keamanan memberantas terorisme," kata Kris.
Massa yang menyalakan lilin dalam aksi itu, menurut Kris, menunjukkan harapan untuk menjaga kesatuan Indonesia harus terus diperjuangkan dan jangan sampai pudar.
"Nyala lilin ini bukti kalau kita masih memiliki harapan, kita harus sama-sama menjaga NKRI," ujar Kris.
Kapolresta Cirebon AKBP Roland Renaldy mengatakan aksi solidaritas 'Jaga Indonesia' merupakan bukti bahwa masyarakat Indonesia masih bersatu, kendati memiliki perbedaan.
"Ini bukti kita tidak takut. Kita tak takut dengan aksi teror apa pun, kita satu suara, satu tujuan untuk menjaga NKRI," kata Roland. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini