"Kalau memang itu dibutuhkan kami akan siap," kata Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM, Djagal Wiseno Marseno kepada wartawan, Senin (14/5/2018).
Hal itu disampaikan Djagal sesuai pembacaan sembilan sikap UGM dan 'ungkapan keprihatinan atas serangan teroris' yang digelar oleh civitas akademika UGM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait aksi terorisme di Surabaya, kata Djagal, pihak UGM langsung merespon dengan mengeluarkan sembilan sikap. Intinya, civitas akademika UGM mengutuk keras tindakan teror apapun alasannya.
"Tindakan terorisme ini bertentangan dengan jati diri UGM, yaitu sebagai universitas Pancasila, universitas kebangsaan, universitas nasional, universitas kerakyatan dan universitas pusat kebudayaan," ucapnya.
"Lalu, tindakan-tindakan ke depan UGM adalah, pertama membuat iklim akademik yang sehat yang tidak memungkinkan untuk timbulnya aksi-aksi terorisme dan radikalisme, terutama di kampus," tutupnya.
Djagal melanjutkan, kini UGM telah memiliki semacam buku panduan yang harus menjadi acuan setiap mata kuliah. Terutama mata kuliah bermaterikan agama yang diajarkan di kampus.
"Jadi tidak boleh ada bahwa agama itu dipakai sebagai tunggangan untuk melakukan satu pesan-pesan tertentu yang negatif," ucapnya.
Menurutnya, UGM saat ini juga sedang berusaha untuk menciptakan iklim akademik yang sehat melalui kurikulum kampus, maupun kegiatan-kagiatan yang tidak terstruktur di kurikulum. (mbr/mbr)











































