Irjen Kemenristekdikti, Jamal Wiwoho mengatakan, salah satu kunci Indonesia berhasil meningkatkan jumlah publikasi ilmiah yakni karena efektivitas dan efisiensi. Kini, Kemenristek Dikti juga lebih fokus meningkatkan output penilitian.
"Kita sekarang mencoba untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari penelitian, dengan meningkatkan output penilitian. Utamanya, karena kita sudah mempunyai perangkat hukumnya," kata Jamal kepada wartawan di Rektorat UNY, Sleman, Selasa (8/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semuanya, semua rektor diberikan program-program untuk berapa persen, atau berapa peningkatan untuk jurnal yang terindeks itu (jumlahnya) naik. Kita sekarang sudah lumayan, di ASEAN kita sekarang sudah nomor dua," ungkapnya.
"Jadi nomor pertama (di ASEAN) masih Malaysia, kedua kita (Indonesia) mulai April ini. Ketiga Singapura, setelah itu Thailand. Kita selama ini di bawah Thailand sebetulnya, dari 2016 itu kita masih di bawah Thailand," lanjutnya.
Jamal melanjutkan, faktor terbesar keberhasilan Indonesia menyalip Singapura dan Thailand adalah karena faktor payung hukum. Kini dengan aturan yang baru, lanjut Jamal, para peniliti lebih leluasa mengembangkan penelitiannya.
"Karena ini terobosan dari sisi payung hukum. Jadi lebih leluasa jika dibanding dengan dulu, karena dulu itu penelitian kan berbasis pada proses. Proses itu misalnya ditanya bagaimana pertanggungjawaban keuangan dan lainnya," ucapnya.
"Kita sekarang sudah beralih pada outputnya, 12 (macam) output. Misalnya yang tertinggi jurnal yang terindeks secara internasional, di bawahnya jurnal yang terakreditasi nasional," pungkas Jamal. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini