Korut Tegaskan Janji Denuklirisasi Bukan karena Sanksi AS

Korut Tegaskan Janji Denuklirisasi Bukan karena Sanksi AS

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 07 Mei 2018 12:28 WIB
Janji denuklirisasi dilontarkan Kim Jong-Un saat bertemu Presiden Korsel Moon Jae-In (Korea Summit Press Pool via Reuters)
Pyongyang - Korea Utara (Korut) menegaskan janji denuklirisasi Semenanjung Korea yang dilontarkannya bukan dipicu oleh sanksi-sanksi dan tekanan yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Korut meminta AS tidak menyesatkan opini publik.

Korut yang miskin dijatuhi rentetan sanksi ekonomi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan AS dalam beberapa tahun terakhir, demi mengendalikan program rudal dan nuklir Korut.

Pemimpin Korut, Kim Jong-Un, menghadiri pertemuan bersejarah dengan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-In pada 27 April lalu. Dalam pertemuan tingkat tinggi pertama itu, kedua kepala negara sepakat bertekad untuk mewujudkan 'denuklirisasi sepenuhnya' di Semenanjung Korea. Namun deklarasi Moon dan Kim Jong-Un saat itu tidak menjabarkan langkah konkret untuk mencapai tujuan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Seperti dilansir Reuters, Senin (7/5/2018), otoritas Korut dalam pernyataan terbaru melalui Korean Central News Agency (KCNA) menyebut AS telah 'menyesatkan opini publik' dengan mengklaim janji denuklirisasi Korut merupakan dampak dari sanksi dan tekanan AS.

Dalam pernyataan via KCNA, otoritas Korut menyerukan agar AS tidak 'secara sengaja memprovokasi' Korut dengan mengerahkan aset-aset strategis ke Korsel dan mengangkat isu-isu hak asasi manusia (HAM) di Korut.

"Tindakan ini tidak bisa ditafsirkan selain sebagai upaya berbahaya untuk menghancurkan atmosfer dialog yang susah dicapai dan membawa situasi kembali ke awal," sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut seperti dilansir KCNA.


Ditegaskan KCNA bahwa aksi AS itu tidak akan kondusif bagi penyelesaian isu denuklirisasi, jika AS salah menganggap 'niat pecinta perdamaian' Korut sebagai tanda kelemahan dan terus melanjutkan tekanan dan ancaman militer.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan dirinya akan mempertahankan sanksi dan tekanan pada Korut serta 'tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan pemerintah sebelumnya'. Trump juga menyebut posisi teguhnya memicu terobosan terkait janji denuklirisasi Korut.

Trump dijadwalkan bertemu dengan Kim Jong-Un pada akhir Mei atau awal Juni mendatang. Saat menghadiri konvensi tahunan Asosiasi Senapan Nasional (NRA), pekan lalu, Trump menyatakan dirinya telah mengurangi retorika soal Korut menjelang pertemuan dengan Kim Jong-Un.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads